Gerakan pengendalian hama tikus sebagai upaya mengamankan berbagai tanaman, terus dilakukan kelompok tani di berbagai daerah dengan metode pengendalian yang beragam. Tikus sawah (Rattus argentiventer) salah satu organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang dapat menimbulkan kerugian bagi tanaman pertanian, menjadi salah satu momok bagi petani yang menakutkan.
Di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat ini pertanian merupakan sektor vital dan menjadi kebutuhan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang selalu menegaskan kepada seluruh insan pertanian bahwa di tengah pandemi Covid-19, petani dan penyuluh harus tetap bersinergi menyediakan kebutuhan pangan sehingga tidak terjadi krisis pangan
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi juga mengatakan bahwa pandemi Covid-19 mempengaruhi perekonomian, namun sektor pertanian semakin kokoh lantaran kerja keras petani didampingi penyuluh.
“Petani harus turun ke lapangan, penyuluh harus turun ke lapangan dan mendampingi petani. Dalam kondisi apa pun, pangan tidak boleh bermasalah. Pangan tidak boleh bersoal. Untuk itu, kita harus tanam dan memastikan produksi tidak berhenti,” tegas Dedi.
Desa Tanggulrejo di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, merupakan salah satu desa penghasil padi. Pada musim tanam ini serangan hama tikus mulai merajalela, sehingga petani berupaya untuk mengendalikannya.
“Hama tikus menyerang pertanaman padi bisa dari awal tanam sampai dengan akhir. Sehingga memerlukan pengendalian yang berbeda menurut usia tanaman padi. Kegiatan gerakan pengendalian (gerdal) hama tikus ini dilaksanakan di Kelompok Tani (Poktan) Mekar Dusun Pokoh, Desa Tanggulrejo, Kecamatan Tempuran merupakan kegiatan yang mendapatkan bantuan bahan pengendalian dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang,” ujar Ari Ftria Sari, penyuluh pendamping Desa Tanggulharjo, dari BPP Tempuran.
Kegiatan gerakan pengendalian tikus dilaksanakan oleh kelompok tani bersama dengan petugas POPT dan penyuluh serta didukung oleh Kepala Desa Tanggulrejo. Menurut Kepala Desa Tanggulrejo, Kusriyanta, kegiatan gerakan pengendalian hama tikus ini sangat bermanfaat untuk mendukung petani dalam memperoleh panennya.
“Pada gerdal kali ini, petani mendapatkan bantuan alat dan bahan pengendalian hama tikus berupa umpan dan emposan atau pengasapan. Alat dan bahan pengendalian ada dua macam dikarenakan perbedaan umur tanaman padi di hamparan sawah. Umpan digunakan untuk pada saat bera atau awal tanam. Sedangkan emposan atau pengasapan digunakan untuk tanaman padi pada stadium generatif,” imbuh Ari Fitria.
Kegiatan gerdal hama tikus dengan luas pengendalian 20 Ha, luas serangan 0,5 Ha, dan luas waspada 5 Ha ini tidak bisa dilaksanakan hanya sekali, tetapi harus dilakukan terus menerus dan berkelanjutan. Hal ini disebabkan seperti yang sudah disebutkan diatas karena tikus bisa menyerang pertanaman padi dari awal hingga akhir.
Koordiantor BPP Tempuran, MA. Suryodahi menambahkan, bahwa di masa PPKM ini tidak menyurutkan langkah petani untuk mengamankan ketersediaan pangan. Adanya gerdal hama tikus ini, membuat pertanaman padi aman dan memberikan hasil yang berlimpah. SY/AFS/YNI
Terbit dari: swadayaonline.com