Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) JIFSI yang dinahkodai milenial asal Malang, Nanda Budi Prayoga berhasil meraup omset miliaran rupiah dengan mengembangkan korporasi. Terjun ke dunia pertanian, kini bukan lagi tabu bagi anak-anak muda.
Sebagai lembaga permagangan swadaya di perdesaan dibawah pembinaan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, P4S JIFSI mendapat binaan UPT Pelatihan, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan.
P4S JIFSI menjalankan usaha agribisnis berbasis korporasi yang bergerak di bidang perbenihan, budidaya buah segar, dan produk olahan jeruk tanpa musim, untuk pasar lokal maupun mancanegara. Saat ini total cashflow-nya mencapai Rp 4-5 miliar per-tahun melalui sistem produksi dan korporasi.
Sebagai korporasi, Jertanmus IFS Indonesia (JIFSI) memiliki misi mulia untuk menyejahterakan petani Indonesia. Nanda bersama anggota P4S lainnya menaikkan pendapatan per kapita melalui program penanaman buah Jeruk Tanpa Musim (Jertanmus), melakukan produksi buah jeruk yang berkualitas, berinovasi, dan berkelanjutan, serta mengintegrasikan proses produksi dan pemasaran jeruk tanpa musim dari hulu ke hilir dengan memanfaatkan teknologi terbarukan.
Nanda Budi Prayoga mengatakan, P4S JIFSI mengelola kelembagaan tani dan agribisnis dengan jumlah anggota sebanyak 48 orang yang secara geografis tersebar di beberapa desa di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Dari luas lahan kelola JIFSI beserta mitra, komoditas yang diusahakan terbagi menjadi dua jenis yaitu komoditas hortikultura dan peternakan.
Untuk hortikultura sayuran dengan luas lahan total 65 ha, buah-buahan total 32 ha, serta peternakan domba dan kambing dengan total jumlah 83 ekor. Dalam proses bisnisnya, untuk menyediakan hasil yang maksimal, JIFSI menyediakan benih berkualitas dan bersertifikat, kebutuhan pupuk, dan pestisida untuk mitra binaan.
“Kami menyiapkan prosedur standar (SOP) perawatan tanaman untuk menyeragamkan proses. Tidak berhenti disitu, kami memberikan pendampingan kepada mitra binaan juga dilakukan untuk memastikan kualitas dan kuantitas produk terjaga,” katanya.
Tumpang Sari
JIFSI menerapkan sistem tumpangsari dengan komoditas jeruk sebagai tanaman utama. Tanaman lainya yang bersifat musiman, diantaranya cabe rawit, cabe besar, tomat, jahe, sawi, dan kentang. “Kami tanam di lahan tanaman jeruk yang berumur dibawah 2 tahun,” ujarnya.
Sistem tumpangsari memungkinkan JIFSI tetap memperoleh pendapatan meskipun tanaman utama belum produktif. Komoditas horti semusim dimanfaatkan sebagai jaringan pengaman pasar. “Dengan cara ini, proses produksi tetap bisa menghasilkan keuntungan, meskipun kegiatan panen satu komoditas tidak dilakukan secara maksimal,” tegasnya.
Bukan hanya itu, JIFSI juga menerapkan proses budidaya ramah lingkungan terintegrasi ternak. Sekitar 85 persen proses budidaya dilakukan secara organik, memanfaatkan sebagian besar inputan dari hasil samping ternak yang didukung dengan peran pupuk hayati pemacu pertumbuhan.
Yellow trap digunakan sebagai salah satu pengelolaan hama dan penyakit ramah lingkungan, mengurangi penggunaan bahan kimia sintetik. Jaminan produk berkualitas dengan kuantitas yang mumpuni, memungkinkan JIFSI menjaring mitra pasar modern dan industri..
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, pembangunan pertanian yang terbaik harus dilakukan dari lapangan, dari desa, karena pertanian di perdesaan harus kita dukung dan tingkatkan. “Kita ubah pola pikir generasi muda bahwa pertanian itu keren, hebat, dan satu-satunya sektor yang menjanjikan terlebih di tengah pandemi ini,” kata SYL.
Sementara itu Kepala Badan PPSDMP, Dedi Nursyamsi menegaskan, P4S adalah kelembagaan pelatihan dengan metode pemagangan pertanian. P4S didirikan, dimiliki dan dikelola oleh pelaku utama dan pelaku usaha secara swadaya baik perorangan maupun kelompok.
Peran P4S lainnya adalah sebagai lembaga yang turut menumbuhkan, mengembangkan dan memperkuat kader tani. Kemudian sebagai sentra dalam pengembangan dan diseminasi teknologi/inovasi, budidaya, perbenihan, pengolahan hasil, pengembangan spesifik lokalita. “Juga sebagai sentra pengembangan jejaring usaha tani,” katanya.
Reporter : Saptini M. Rahajeng/ Yeniarta
Sumber : BBPP Ketindan
Artikel terbit di Tabloidsinartani.com