Sebagai salah satu komoditas unggulan yang bernilai ekonomi tinggi, produktivitas tanaman tembakau milik petani kian menurun. Salah satu penyebabnya adalah serangan hama penyakit.
Saat ini luasan tanaman tembakau nasional mencapai 101.800 hektare. Provinsi Jawa Timur menempati urutan pertama dengan produksi nasional sebanyak 136.069 ton, diikuti oleh provinsi Jawa Tengah dengan 55.549 ton sedangkan Nusa Tenggara Barat (NTB) menempati urutan ketiga dengan produksi mencapai 52.549 ton.
Untuk mengatasi turunnya produktivitas tembakau, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) pembuatan pestisida nabati bagi petani. Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang peserta yang berasal dari Kecamatan Wlingi dan Talun.
Kepala Bidang Perkebunan Kabupaten Blitar, Lukas Supriyatno, mewakili Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Blitar mengatakan, bimtek ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas petani. Dengan demikian petani bisa menekan residu pestisida pada produk akhir tembakau, mengurangi kasus keracunan pestisida kimia sintetis.
“Petani juga bisa menjaga kesehatan serta menghindari pencemaran lingkungan hidup. Jadi kami rasa perlu melaksanakan bimtek pembuatan pestisida nabati untuk pencegahan dan pengendalian hama penyakit pada tembakau,” tutunya.
Sementara itu Juniawan, widyaiswara dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan yang mengajar pada bimtek pembuatan pestisida nabati memberikan materi pengenalan aneka jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan pestisida nabati.
“Daun mimba, sereh wangi, sereh hijau, daun dan buah bintaro, daun sirsak, daun srikaya dan lidah buaya dapat digunakan petani untuk membuat pestisida nabati.” katanya.
Menurutnya, manfaat yang diperoleh dari penggunaan aneka tanaman tersebut sangat banyak. Misalnya, mimba untuk mengendalikan 127 jenis hama berbadan lunak (ulat, belalang, kutu). Sereh wangi sebagai pengendali kutu daun dan sebagai fungisida serta bakterisida.
Sedangkan daun bintaro untuk mencegah pergantian kulit serangga, buah bintaro sebagai pengusir tikus. Sementara daun sirsak dan daun srikaya untuk mengendalikan hama pencucuk penghisap.
Bimtek yang sangat bermanfaat bagi keberlangsungan produksi tembakau ini memberi banyak manfaat bagi bagi petani yang mengikuti. Beberapa hal yang menjadi bahan diskusi menarik peserta adalah lama masa penyimpanan dari pestisidia nabati, perbedaan bahan yang dihaluskan, ditumbuk dan diblender, perbandingan jumlah air dan bahan, teknis aplikasi, kapan waktu yang tepat untuk aplikasi dan efek samping atau bahaya dari penggunaan pestisida nabati untuk manusia, tanaman dan lingkungan.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, selalu menekankan tujuan dari pembangunan pertanian adalah peningkatan produksi, peningkatan kualitas, meningkatkan intensitas pertanaman, serta berbudidaya yang ramah lingkungan dengan tujuan akhir menyejahterakan masyarakat.
“Petani Indonesia tidak boleh tertinggal karena banyak inovasi teknologi dan mekanisasi yang dibuat untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” kata SYL.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Prof. Dedi Nursyamsi mengatakan, salah satu faktor produksi pertanian adalah pengendalian OPT. OPT bisa menghilangkan hasil antara 10 – 100 persen, bahkan hingga tidak bisa panen atau gagal panen. “Dengan membuat pestisida sendiri, petani bisa menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas,” kata Dedi.
Reporter : Juniawan/ Yeniarta
Sumber : BBPP Ketindan
Artikel terbit di Tabloidsinartani.com