Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-78 TNI, Dinas Pertanian Kabupaten Jombang mengadakan FFD (Farm Field Day) program Gerakan Pertanian Pro Organik (Genta Organik) di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Mojowarno. Sebagai penanggungjawab Genta Organik di BPP Mojowarno, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan turut mendukung dilakukannya ekspose hasil penerapan Sekolah Lapang Genta Organik (SL-GO) di 10 Laboratorium Lapang (LL), yang juga lahan kelompok tani (poktan) sasaran. Genta Organik adalah gerakan pertanian pro organik yang melibatkan pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati pembenah tanah, dan pestisida nabati. Kegiatan SL-GO Kabupaten Jombang dimulai dengan pembuatan pupuk organik, yang digunakan sebagai bahan inputan di lokasi LL.
Menggunakan benih tanam Inpari-32, penerapan SL-GO memperoeh hasil ubinan terendah hingga tertinggi dari 4,09-5,80kg per-luasan petak 2,5x2,5 m2, atau setara dengan 6,554-9,280 ton/hektare. Hasil ubinan tertinggi diperoleh dari lokasi LL Mahfud dari Poktan Klagen, Kecamatan Mojowarno.
Jika rata-rata provitas padi yang dihasilkan poktan sasaran berkisar 6,62 Ton/Ha, maka angka hasil di atas menunjukkan lebih tinggi atau ada peningkatan produksi hingga sebesar 9,28 Ton/Ha. Angka itu mengisyaratkan penerapan teknologi organik di lokasi LL berpotensi mendapatkan hasil lebih tinggi dibandingkan cara tanam konvensional yang diterapkan sebelumnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menekankan pentingnya peran pupuk dalam sektor pertanian. Menurut Dedi, pemupukan adalah komponen utama pada sebuah tanaman. Karena itu diperlukan keberimbangan baik urea maupun dengan proses perawatan. Salah satunya mengatur aliran air. Air sangat diperlukan pada sawah yang baru proses tanam. Namun pengairan tidak boleh berlebih karena dapat merusak akar tanaman.
"Air adalah infiltrasi. Dan air harus kita jadikan anugrah. Dengan kita belokan airnya ke lahan pertanian untuk irigasi makan dengan sendirinya ia akan menghasilkan karbohidrat dalam bentuk beras. Disitulah pentingnya kita membuat sumur resapan sebanyak banyaknya. Yang pasti, pemupukan harus benar dan di imbangi dengan pupuk organik, kalau di lahan miring imbangi dengan gulu dan agar erosi tidak banyak," kata Dedi.
Dedi Nursyamsi menambahkan, dampak perubahan iklim, pandemi covid-19, dan perang Rusia dan Ukraina tak hanya membuat harga pangan mahal di tingkat global.
“Melalui Genta Organik, Kementan mendorong para petani memanfaatkan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah sebagai solusi terhadap masalah pupuk mahal secara mandiri,” imbuh Dedi.
Petani di Mojowarno sangat antusias menerapkan teknologi organik, karena selain memperlihatkan hasil produksi tinggi, juga bisa menekan biaya produksi.
“Mereka ingin dilanjutkan terus Genta Organik ini, karena terbukti sangat menguntungkan buat petani, terutama dalam menekan biaya produksi. Sebenarnya secara tidak langsung juga menguntungkan untuk perbaikan kualitas lahan, bisa menjamin keberlanjutan produksi” tutur Leni Anjarwati, penanggungjawab program Genta Organik BPP Mojowarno.
Berita terbit di TIMES Indonesia