Telp/Fax 0341-927123 / 429725

|

Penggunaan Media Sosial Sebagai Media Untuk Peningkatan SDM Petani

Yeniartha
Sep 27, 2024

Oleh : Asep Koswara, S.P.,M.Agr

A. Pendahuluan Penggunaan media sosial telah menjadi fenomena yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam sektor pertanian. Di era digital ini, media sosial tidak hanya berfungsi sebagai platform untuk berkomunikasi, tetapi juga sebagai media berbagi pengetahuan yang efektif bagi para petani. Melalui media sosial, petani dapat mengakses informasi terkini mengenai teknik pertanian, cuaca, dan pasar, serta berinteraksi dengan penyuluh dan sesama petani untuk mendiskusikan tantangan yang mereka hadapi. Media sosial memungkinkan petani untuk meningkatkan sumber daya manusia mereka dengan cara berbagi pengalaman dan pengetahuan. Dengan adanya platform ini, petani dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang relevan dan bermanfaat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha tani mereka. Selain itu, media sosial juga berperan dalam memperkuat jaringan sosial di antara petani, yang penting untuk kolaborasi dan dukungan dalam komunitas pertanian. Dengan demikian, pemanfaatan media sosial sebagai alat untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan sumber daya manusia petani sangatlah penting. Hal ini tidak hanya membantu petani dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan sektor pertanian secara keseluruhan. Media sosial menjadi media berbagi pengetahuan yang diminati banyak kalangan, namun penggunaan media sosial oleh petani dalam hal tersebut masih terbatas. Terdapat peluang dan sekaligus tantangan bagi penggunaan media sosial sebagai media berbagi pengetahuan bagi petani. Makalah ini bertujuan memberikan gambaran singkat yang bersumber dari literatur tentang peluang dan tantangan penggunaan media sosial sebagai media berbagi pengetahuan bagi petani. Gambaran singkat tersebut dapat berguna bagi pengambilan keputusan peningkatan penggunaan media sosial oleh petani khususnya untuk berbagi pengetahuan.

B. Hasil dan Pembahasan

  1. Penggunaan media sosial di Indonesia dan Dunia Penggunaan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, termasuk dalam sektor pertanian. Di Indonesia dan dunia, petani semakin memanfaatkan berbagai platform media sosial untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka. Melalui media sosial, petani dapat dengan mudah mengakses informasi terkini tentang teknik budidaya, jenis pupuk yang efektif, serta harga pasar komoditas pertanian. Selain itu, media sosial juga menjadi wadah bagi petani untuk berinteraksi dengan sesama petani, para ahli, dan lembaga terkait, sehingga terjalin jaringan kerjasama yang kuat.

Salah satu manfaat utama penggunaan media sosial dalam pertanian adalah mempermudah akses informasi. Petani tidak lagi bergantung pada sumber informasi konvensional yang terbatas. Mereka dapat mencari informasi secara mandiri melalui mesin pencari atau bergabung dalam grup-grup diskusi online yang membahas topik-topik spesifik terkait pertanian. Informasi yang diperoleh pun beragam, mulai dari tips-tips sederhana hingga penelitian terbaru di bidang pertanian. Hal ini sangat membantu petani dalam mengambil keputusan yang lebih tepat, misalnya dalam memilih varietas tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan atau mengatasi masalah hama penyakit.

Selain itu, media sosial juga berperan penting dalam pemasaran produk pertanian. Petani dapat mempromosikan hasil panen mereka secara langsung kepada konsumen melalui berbagai platform seperti Facebook, Instagram, dan TikTok. Dengan membuat konten yang menarik, seperti foto-foto hasil panen yang berkualitas tinggi atau video tutorial cara mengolah bahan pangan, petani dapat menarik minat konsumen dan meningkatkan penjualan. Selain itu, media sosial juga memungkinkan petani untuk membangun merek produk mereka sendiri, sehingga produk mereka lebih dikenal dan diingat oleh konsumen.

Pemanfaatan media sosial dalam pertanian masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah kesenjangan digital, terutama di daerah pedesaan yang akses internetnya terbatas. Selain itu, tidak semua petani memiliki keterampilan digital yang memadai untuk menggunakan media sosial secara efektif. Tantangan lainnya adalah maraknya informasi palsu atau hoaks yang beredar di media sosial, sehingga petani perlu lebih kritis dalam menyaring informasi yang mereka dapatkan.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur digital di daerah pedesaan, serta menyediakan pelatihan dan pendidikan tentang literasi digital bagi petani. Sementara itu, para penyuluh pertanian juga perlu berperan aktif dalam memfasilitasi pemanfaatan media sosial di kalangan petani. Dengan demikian, media sosial dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi petani dalam meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas mereka.

  1. Keunggulan Media Sosial Media sosial telah menjadi katalisator perubahan signifikan dalam sektor pertanian. Melalui platform digital, petani dapat mengakses informasi yang lebih luas dan terkini dibandingkan sebelumnya. Mereka dapat belajar tentang teknik budidaya terbaru, jenis pupuk yang efektif, serta informasi pasar yang fluktuatif. Selain itu, media sosial juga memfasilitasi interaksi antar petani, sehingga mereka dapat saling berbagi pengalaman, pengetahuan, dan solusi atas masalah yang dihadapi.

Salah satu keunggulan utama media sosial adalah kemampuannya dalam memperluas jaringan pasar. Petani dapat mempromosikan produk pertanian mereka secara langsung kepada konsumen melalui berbagai platform seperti Facebook, Instagram, dan TikTok. Dengan membuat konten yang menarik, seperti foto-foto hasil panen yang berkualitas tinggi atau video tutorial cara mengolah bahan pangan, petani dapat menarik minat konsumen dan meningkatkan penjualan. Selain itu, media sosial juga memungkinkan petani untuk membangun merek produk mereka sendiri, sehingga produk mereka lebih dikenal dan diingat oleh konsumen.

Selain itu, media sosial juga dapat digunakan sebagai alat advokasi. Petani dapat menyuarakan aspirasi dan permasalahan yang mereka hadapi kepada pemerintah atau lembaga terkait. Dengan membentuk komunitas online, petani dapat mengorganisir aksi-aksi nyata untuk memperjuangkan kepentingan mereka, seperti demonstrasi atau petisi online.

Dalam konteks pembangunan pertanian berkelanjutan, media sosial juga dapat berperan penting. Petani dapat berbagi informasi tentang praktik pertanian ramah lingkungan, seperti pertanian organik atau agroforestri. Selain itu, media sosial juga dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pangan lokal dan mendukung petani lokal.

Singkatnya, media sosial telah membuka peluang baru bagi sektor pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi digital, petani dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan daya saing mereka. Namun, untuk mencapai hasil yang optimal, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta.

Melalui media sosial, informasi terkait pertanian moderen akan mudah diperoleh. Hal tersebut memberikan kesempatan kepada penyuluh dan petani untuk memperoleh informasi teknis dan ekonomis dengan cepat dan menggunakannya secara efektif dan efisien untuk pengambilan keputusan.

Media sosial dapat memberikan banyak keuntungan bagi petani, di antaranya: • Berbagi informasi Petani dapat berbagi informasi dengan konsumen, seperti gambar tentang perkembangan tanaman, untuk membangun pengetahuan dan kesadaran akan fokus dan perdagangan mereka. • Menjawab pertanyaan pelanggan Petani dapat menjawab pertanyaan pelanggan melalui media sosial, seperti dengan layanan pengiriman pesan di berbagai platform. • Menjual produk Petani dapat menjual produknya melalui media sosial tanpa perlu datang ke pasar, sehingga lebih efisien dalam waktu dan tenaga. • Membuka peluang bisnis Media sosial dapat membuka peluang bisnis baru bagi petani, seperti wisata petik. • Mendapatkan referensi Petani dapat mendapatkan referensi pertanian dari daerah lain, dari orang ahli, bahkan dari luar negara lain. • Menciptakan inovasi Petani dapat menciptakan ide dan gagasan baru untuk pengembangan dan pertumbuhan tanaman. • Sumber informasi alternatif Petani dapat memanfaatkan media sosial sebagai sumber informasi alternatif pada kegiatan usahataninya.

  1. Media Sosial sebagai Media Berbagi Pengetahuan Media sosial telah menjadi platform yang revolusioner dalam berbagi pengetahuan, terutama dalam sektor pertanian. Dengan semakin banyaknya petani dan pelaku industri yang aktif di media sosial, informasi mengenai teknik pertanian terbaru, praktik berkelanjutan, dan cara mengatasi masalah hama dapat diakses dengan mudah. Misalnya, grup diskusi di Facebook atau forum di Instagram memungkinkan petani untuk saling bertukar pengalaman dan saran, yang secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang budidaya tanaman dan manajemen lahan.

Selain itu, media sosial juga berperan penting dalam pengembangan sumber daya manusia di sektor pertanian. Melalui platform-platform ini, lembaga pendidikan dan organisasi non-pemerintah dapat menyelenggarakan pelatihan online, webinar, dan lokakarya yang menjangkau audiens yang lebih luas. Hal ini tidak hanya meningkatkan keterampilan dan pengetahuan individu, tetapi juga menciptakan komunitas yang saling mendukung, di mana para peserta dapat berbagi pengalaman dan belajar satu sama lain dalam konteks yang lebih interaktif.

Dalam hal sumber daya teknologi, media sosial memungkinkan pertukaran informasi mengenai inovasi terbaru yang dapat diterapkan dalam pertanian. Banyak perusahaan teknologi pertanian menggunakan platform ini untuk memperkenalkan produk dan solusi baru, seperti aplikasi pertanian cerdas, sensor tanah, dan sistem irigasi otomatis. Melalui video, infografis, dan artikel, pengguna dapat dengan cepat memahami bagaimana teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi dan hasil panen, sekaligus mengurangi dampak lingkungan.

Media sosial juga berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan pengetahuan ilmiah dengan praktik lapangan. Peneliti dan akademisi dapat memanfaatkan platform ini untuk mendiseminasikan temuan penelitian mereka kepada khalayak yang lebih luas, sekaligus mengumpulkan umpan balik dari praktisi di lapangan. Interaksi ini tidak hanya memperkaya pemahaman akademis, tetapi juga memastikan bahwa penelitian yang dilakukan relevan dan aplikatif dalam konteks kebutuhan petani dan komunitas pertanian secara keseluruhan. Dengan demikian, media sosial menjadi alat yang efektif dalam memperkuat ekosistem pertanian melalui berbagi pengetahuan yang kolaboratif.

  1. Peluang Media Sosial sebagai Media Berbagi Pengetahuan bagi Petani Media sosial telah membuka peluang yang sangat besar bagi petani untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Melalui platform digital, petani dapat dengan mudah terhubung dengan sesama petani, ahli pertanian, dan lembaga penelitian dari berbagai belahan dunia. Mereka dapat berbagi informasi tentang teknik budidaya yang efektif, varietas tanaman unggul, pengendalian hama penyakit, serta informasi pasar terkini. Hal ini memungkinkan petani untuk saling belajar dan berinovasi dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

Salah satu keunggulan media sosial adalah kemampuannya dalam menjangkau audiens yang luas dan beragam. Petani dapat membagikan informasi melalui teks, gambar, video, bahkan siaran langsung. Hal ini memungkinkan petani untuk menyampaikan pesan secara lebih menarik dan efektif. Selain itu, media sosial juga memungkinkan terjadinya diskusi interaktif, sehingga petani dapat bertukar pendapat dan mendapatkan umpan balik dari komunitas online.

Ada bukti bahwa media sosial bermanfaat bagi pembangunan pedesaan dan pertanian (Prayoga, 2017). Media baru ini berkontribusi mewujudkan pertanian konvensional menuju pertanian modern (Arianto, 2021). Petani memanfaatkan media sosial untuk memperoleh dan berbagi pengetahuan serta ide terkait wirausaha pertanian seperti akses modal dan sarana produksi (Yunandar et al., 2020). Petani dan pelaku lain akan memperoleh kecukupan informasi dan pengetahuan dengan saling berbagi pengetahuan. Aspek kunci dari berbagi pengetahuan yaitu aktivitas ini dapat menciptakan dialog dan meningkatkan persamaan persepsi.

Media sosial juga dapat menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan lokal. Petani tradisional yang memiliki pengetahuan lokal yang kaya dapat membagikan ilmunya kepada petani lain melalui media sosial. Pengetahuan lokal ini seringkali sangat berharga, terutama dalam konteks perubahan iklim dan degradasi lahan. Dengan demikian, media sosial dapat membantu melestarikan pengetahuan tradisional dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Selain itu, media sosial juga dapat digunakan untuk mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan. Petani dapat berbagi informasi tentang teknik pertanian organik, agroforestri, dan konservasi sumber daya alam. Hal ini dapat menginspirasi petani lain untuk mengadopsi praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan.

Berbagi pengetahuan menarik karena dengan aktivitas ini petani tidak hanya menunggu informasi dari pemerintah daerah atau dinas terkait atau pihak lain; namun dapat menemukan, mengembangkan, bahkan membaginya kepada orang lain. Perkembangan teknologi informasi ini juga membuka peluang baru bagi pemberdayaan ekonomi, sosial, dan politik serta meningkatkan kualitas indikator kehidupan pedesaan. Teknologi informasi dan komunikasi membuat petani lebih berdaya dalam pemasaran, kapasitas produksi yang selanjutnya akan mengurangi kemiskinan (Burhan, 2018).

  1. Tantangan Penggunaan Media Sosial sebagai Media Berbagi Pengetahuan bagi Petani Meskipun media sosial menawarkan banyak manfaat bagi sektor pertanian, namun penggunaannya juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan digital. Tidak semua petani, terutama yang tinggal di daerah pedesaan, memiliki akses internet yang memadai dan perangkat yang diperlukan untuk mengakses media sosial. Selain itu, literasi digital petani juga menjadi kendala. Banyak petani yang belum terbiasa menggunakan teknologi digital, sehingga kesulitan dalam mengoperasikan platform media sosial dan mencari informasi yang relevan.

Tantangan lain adalah kualitas informasi. Di media sosial, informasi dapat menyebar dengan sangat cepat, termasuk informasi yang tidak akurat atau bahkan menyesatkan. Hal ini dapat membingungkan petani dan berpotensi merugikan mereka jika mereka mengambil keputusan berdasarkan informasi yang salah. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam konten media sosial seringkali terlalu teknis atau menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami oleh petani awam.

Faktanya, tidak semua informasi yang beredar di media sosial relevan dengan kebutuhan petani. Banyak konten yang lebih bersifat hiburan atau promosi produk komersial. Akibatnya, petani kesulitan untuk menemukan informasi yang benar-benar bermanfaat bagi mereka. Kurangnya interaksi langsung antara petani dengan penyuluh pertanian juga menjadi tantangan. Media sosial memang memfasilitasi interaksi, namun tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran penyuluh dalam memberikan bimbingan dan pendampingan secara langsung kepada petani.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur digital di daerah pedesaan, serta menyediakan pelatihan dan pendidikan tentang literasi digital bagi petani. Penyuluh pertanian juga perlu berperan aktif dalam memanfaatkan media sosial untuk memberikan informasi yang akurat dan relevan kepada petani. Selain itu, perlu dikembangkan platform media sosial yang khusus dirancang untuk kebutuhan petani, dengan konten yang mudah dipahami dan relevan.

Dengan demikian, media sosial dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. Namun, perlu diingat bahwa media sosial hanyalah salah satu alat, dan keberhasilannya sangat bergantung pada upaya bersama untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada.

Tantangan lain selanjutnya yaitu kesiapan petani mencari informasi dari berbagai sumber. Informasi kadang datang kepada mereka, namun sering pula petani harus mencari infomasi yang dibutuhkan. Masyarakat (petani) harus memiliki kesiapan dalam mengevaluasi atau mengkonfirmasi suatu informasi yang sampai kepada mereka agar tidak salah dalam mengambil keputusan (Raya et al., 2017). Petani memiliki peran penting dalam meningkatkan arus informasi dan pertukaran pengetahuan antara berbagai kelompok jaringan petani.

Influencer dengan profil sosial aktif di media sosial dari kalangan petani memiliki pengaruh tinggi untuk memengaruhi petani lain. Peningkatan literasi digital juga meliputi kompetensi petani dalam penggunaan media sosial. Agar media sosial optimal, maka pemanfaatan media sosial perlu disesuaikan dengan masing-masing bentuk dan fungsinya. Sebagai contoh, Whatsapp grup dapat digunakan sebagai forum untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan serta informasi terkait produk, harga, akses modal, pasar, dan aktivitas wirausaha lainnya. Media sosial Twitter tepat digunakan sebagai media untuk berbagi ide dan informasi, membangun komunitas, dan juga mempromosikan produk (Yunandar et al., 2020).

Tantangan dalam meningkatkan penguasaan teknologi (termasuk literasi) tersebut yaitu biaya besar. Peralihan teknologi ini merupakan sebuah paradigma baru sehingga prosesnya tidak mudah (Muliawaty, 2019). Modal menjadi tantangan petani dalam kesiapan untuk menerapkan suatu informasi (Raya et al., 2017). Tantangan yang dihadapi yaitu penting mengatasi kesenjangan antara masyarakat perkotaan dan pedesaan dalam hal akses teknologi (webpage IISD). Kesenjangan digital dianggap sebagai hambatan atau tantangan dalam proses pembangunan. Kesenjangan digital mengacu pada kesenjangan antara orang-orang yang memiliki akses yang memadai ke ICT dan mereka yang memiliki akses 'nol' atau buruk ke ICT. Kesenjangan digital dapat berkurang dengan peningkatan literasi digital dan pembangunan infrastruktur ICT sehingga petani dapat meningkatkan akses media digital.

  1.  Peluang dalam Pengembangan Pertanian Digital di Indonesia.

    Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan pertanian digital. Dengan luas wilayah yang cukup besar dan jumlah penduduk yang banyak, sektor pertanian menjadi salah satu pilar penting dalam perekonomian negara. Pertanian digital menawarkan berbagai peluang untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan daya saing petani Indonesia. Beberapa peluang utama yang dapat digali antara lain:

Pertama, peningkatan produktivitas. Teknologi digital seperti sensor, drone, dan sistem irigasi cerdas dapat membantu petani dalam memantau kondisi tanaman secara real-time, mengoptimalkan penggunaan pupuk dan pestisida, serta mengelola sumber daya air secara lebih efisien. Hal ini akan berdampak pada peningkatan hasil panen dan kualitas produk pertanian.

Kedua, perluasan akses pasar. Platform digital memungkinkan petani untuk memasarkan produk mereka secara langsung kepada konsumen, baik di dalam maupun di luar negeri. E-commerce dan media sosial menjadi sarana yang efektif untuk memperluas jaringan pemasaran dan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, dengan adanya data digital, petani dapat menganalisis preferensi konsumen dan menyesuaikan produksi mereka.

Ketiga, pengembangan inovasi pertanian. Pertanian digital mendorong munculnya inovasi-inovasi baru, seperti pertanian berbasis data, pertanian presisi, dan pertanian urban. Inovasi-inovasi ini dapat meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi limbah, dan menciptakan produk pertanian yang lebih berkualitas.

Keempat, peningkatan kesejahteraan petani. Dengan penerapan teknologi digital, petani dapat meningkatkan pendapatan mereka, memperoleh akses ke informasi yang lebih baik, serta meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain itu, pertanian digital juga dapat membuka lapangan kerja baru di sektor pertanian, seperti teknisi pertanian, pengembang aplikasi pertanian, dan analis data pertanian.

Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut, diperlukan beberapa upaya. Pemerintah perlu menyediakan infrastruktur digital yang memadai di daerah pedesaan, memberikan pelatihan kepada petani tentang penggunaan teknologi digital, serta menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pengembangan pertanian digital. Selain itu, kerjasama antara pemerintah, swasta, dan akademisi sangat penting untuk mendorong inovasi dan pengembangan teknologi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan petani Indonesia. Dengan potensi yang besar dan dukungan yang tepat, pertanian digital di Indonesia dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas, kesejahteraan petani, dan ketahanan pangan nasional.

  1. Peran Pemerintah dalam Mendukung Pemanfaatan Media Sosial di Sektor Pertanian. Pemerintah memiliki peran yang sangat krusial dalam mendorong pemanfaatan media sosial di sektor pertanian. Peran pemerintah tidak hanya sebatas sebagai regulator, tetapi juga sebagai fasilitator dan promotor. Pemerintah dapat menyediakan infrastruktur digital yang memadai di daerah pedesaan, sehingga petani memiliki akses internet yang stabil dan terjangkau. Selain itu, pemerintah juga perlu mengembangkan program-program pelatihan yang bertujuan meningkatkan literasi digital para petani. Dengan demikian, petani dapat memanfaatkan berbagai fitur media sosial secara efektif untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka.

Salah satu bentuk dukungan pemerintah adalah dengan menyediakan platform media sosial khusus untuk petani. Platform ini dapat berfungsi sebagai pusat informasi dan komunikasi bagi para petani. Pemerintah dapat memfasilitasi interaksi antara petani dengan para ahli, penyuluh, dan lembaga penelitian. Selain itu, platform ini juga dapat digunakan untuk menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sektor pertanian, serta mempromosikan produk-produk pertanian lokal. Pemerintah juga perlu mendorong kerjasama antara sektor publik dan swasta dalam pengembangan aplikasi pertanian berbasis digital. Aplikasi-aplikasi ini dapat memberikan berbagai manfaat bagi petani, seperti informasi cuaca, prediksi hasil panen, dan pasar online. Dengan demikian, petani dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan efisien dalam menjalankan usaha pertanian mereka.

Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan insentif bagi petani yang aktif memanfaatkan media sosial. Insentif ini dapat berupa bantuan teknis, akses ke modal, atau pengurangan pajak. Dengan demikian, petani akan semakin termotivasi untuk memanfaatkan media sosial dalam kegiatan pertanian mereka. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, petani dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan daya saing mereka. Selain itu, media sosial juga dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pangan lokal dan mendukung petani lokal. Dengan dukungan yang tepat, media sosial dapat menjadi alat yang ampuh untuk memodernisasi sektor pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani.

C. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Penggunaan media sosial dalam sektor pertanian telah membawa perubahan signifikan. Platform digital ini telah menjadi jembatan bagi petani untuk mengakses informasi terkini, berinteraksi dengan sesama petani, dan memperluas pasar. Keunggulan media sosial dalam hal akses informasi, pemasaran, dan advokasi telah terbukti sangat bermanfaat bagi petani. Namun, tantangan seperti kesenjangan digital, literasi digital yang rendah, dan maraknya informasi yang tidak akurat masih perlu diatasi. Peran pemerintah sangat penting dalam mendukung pemanfaatan media sosial di sektor pertanian. Dengan menyediakan infrastruktur digital yang memadai, pelatihan, dan insentif, pemerintah dapat mendorong petani untuk memanfaatkan teknologi digital secara efektif. Selain itu, kerjasama antara pemerintah, swasta, dan akademisi sangat penting untuk mengembangkan inovasi dan solusi yang sesuai dengan kebutuhan petani.

Potensi pengembangan pertanian digital di Indonesia sangat besar. Dengan memanfaatkan teknologi digital, petani dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan daya saing. Selain itu, pertanian digital juga dapat membuka peluang kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan petani. Saran Berdasarkan pembahasan di atas, berikut beberapa saran yang dapat diajukan:

  1. Penguatan Infrastruktur Digital: Pemerintah perlu terus meningkatkan infrastruktur digital di daerah pedesaan, terutama jaringan internet yang stabil dan terjangkau;
  2. Peningkatan Literasi Digital: Program pelatihan literasi digital untuk petani perlu terus dikembangkan dan diperluas. Pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman petani;
  3. Pengembangan Platform Media Sosial Khusus: Pemerintah dapat bekerja sama dengan pihak swasta untuk mengembangkan platform media sosial yang khusus dirancang untuk petani, dengan fitur-fitur yang relevan dan mudah digunakan;
  4. Dukungan Kebijakan: Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang mendukung pemanfaatan media sosial dalam sektor pertanian, seperti pemberian insentif bagi petani yang menggunakan teknologi digital dan penyederhanaan regulasi terkait e-commerce;
  5. Penguatan Peran Penyuluh: Penyuluh pertanian perlu diberikan pelatihan khusus untuk memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk memberikan informasi dan pendampingan kepada petani;
  6. Pengembangan Riset dan Inovasi: Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan teknologi pertanian yang sesuai dengan kondisi lokal dan kebutuhan petani.
  7. Kolaborasi Multi Stakeholder: Penting untuk membangun kerjasama antara pemerintah, swasta, akademisi, dan petani dalam mengembangkan dan menerapkan solusi berbasis teknologi di sektor pertanian.

D. Daftar Pustaka Arianto, B.---. (2021). Analisis peran buzzer media sosial dalam memperkuat kampanye petani milenial. JRK (Jurnal Riset Komunikasi). 11(2): 168–187. https://doi.org/10.31506/jrk.v11i2.9915. Burhan, A. B. 2018. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pengembangan Ekonomi Pertanian dan Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Komunikasi Pembangunan. 16(2): 233–247. https://doi.org/10.29244/jurnalkmp.16.2.233-247. Muliawaty, L. 2019. Peluang dan tantangan sumber daya manusia di era disrupsi. Kebijakan : Jurnal Ilmu Administrasi, 10(1), 1. https://doi.org/10.23969/kebijakan.v10i1.1416. Nasrullah, R. 2018. Media Sosial: Prespektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi (N. S. Nurbaya (ed.)). Simbiosa Rekatan Media. https://journals.sagepub.com/doi/10.1177 Prayoga, K. 2017. Pemanfaatan sosial media dalam penyuluhan pertanian dan perikanan di Indonesia. Agriekonomika, 6(1), 32–43. https://doi.org/10.21107/agriekonomika.v6i1.2680. Raya, A. B., S. P. Wastutiningsih, P. M. Penggalih, S. P. Sari, dan D. A. Purwani. 2017. Tantangan literasi informasi petani di era informasi: studi kasus petani di lahan pasir pantai Daerah Istimewa Yogyakarta. JSEP (Journal of Social and Agricultural Economics), 10(1), 10–16. https://doi.org/10.19184/jsep.v10i1.5219. Triaji, M., D. Padmaningrum, dan S. Anantanyu. 2021. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku proses pencarian informasi berbasis digital oleh penyuluh pertanian Provinsi Jawa Tengah. J AGRIBEST, 5, 56–71. https://doi.org/https://doi.org/ 10.32528/agribest.v5i1.4294. Yunandar, D. T., S. S. Hariadin, dan A. B. Raya. 2020. Sikap dan pengalaman petani mulenial dalam memanfaatkan media sosial untuk mendukung keberhasilan berwirausaha pertanian. Prosiding Seminar Nasional POLBANGTAN YOGYAKARTA MAGELANG 2020 JURUSAN PETERNAKAN, 1, 195–202. https://proceedings.ideaspublishing.co.id /index.php/hardiknas/article/view/11.

Similar Post