Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menutup pelatihan sejuta petani dan penyuluh volume 10, Jumat (7/6/2024).
Pelatihan dengan tema “Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional” ditutup langsung oleh Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, sebagai lokasi penyelenggara kegiatan.
Pelatihan dihadiri secara offline oleh 60 peserta di aula BBPP Ketindan, sedangkan peserta lain mengikuti pelatihan secara online melalui zoom meeting secara serentak diseluruh Indonesia.
Kegiatan PSPP Volume 10 dilaksanakan selama 3 hari, tanggal 5 – 7 Juni 2024 secara online dan diikuti oleh 1.902.354 orang dari target 1.800.000 peserta yang terdiri dari Petani sejumlah 1.823.948 orang, Penyuluh PNS sejumlah 12.008 orang, Penyuluh PPPK sejumlah 7.690 orang, Penyuluh THL Pusat sejumlah 474 orang, Penyuluh THL Daerah sejumlah 3.184 orang, BABINSA sejumlah 48.347 orang dan Insan Pertanian lainnya sejumlah 6.703 orang.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, sejak tahun lalu dampak covid-19, geopolitical tension khusunya perang Rusi-Ukraina, dan climate change sangat terasa khususnya dalma hal pangan. Situasi dunia dalam kondisi tidak menentu dengan sekitar 60 negara mengalami krisisn pangan dan 900 juta penduduk dunia terdampak krisis pangan.
“Dari berbagai masalah ini berdampak produksi pangan glonal terganggu. Di Indonesia sejak Februari tahun lalu hingga Maret tahun ini kita mengalami fenomena alam yang disebut El Nino, kemarau yang berkepanjangan. Sehingga solusi mengatasi krisis pangan kita harus Swasembada,” ujar Dedi.
Dedi menjelaskan, konsumsi beras dalam negeri setiap bulannya tidak kurang dari 2,6 juta ton atau setara 1 juta hektar luas panen dengan produktivitas 5,2 ton per hektar. Sementara Indonesia hanya mampu menghasilkan beras 30,2 juta ton per tahun.
“Oleh karena itu kita harus melakukan perluasan tanam dan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) kita di lahan rawa dan lahn tadah hujan, agar produksi beras kembali melimpah,” imbuh Dedi.
Sementara itu dalam arahannya, Kepala BBPP Ketindan, Nurul Qomariah, mengatakan bahwa di era milenial ini, Penyuluh Pertanian, Petani, dan Babinsa memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian di masa yang akan datang guna memperkuat pembangunan perekonomian nasional di sektor pertanian.
“Saat ini tidak kurang dari 900 juta penduduk dunia terdampak kirsis pangan, sementara 7-16% penduduk Indonesia masih rentan kelaparan, sehingga Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional memberikan solusi cepat yaitu dengan cara Peningkatan Produksi, Peningkatan Indeks Pertanaman melalui pompanisasi, dan Perluasan Areal Tanam,” jelas Nurul.
“Pertanian tidak boleh berhenti, kita harus kreatif dan produktif, sehingga mampu mewujudkan Pertanian Cemerlang, Indonesia Gemilang,” tandas Nurul.
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan swadayaonline.com