BOGOR – Sumber Daya Manusia Pertanian (SDM) menjadi salah satu faktor pengungkit utama untuk peningkatan produktivitas pertanian. Untuk itu diperlukan peran widyaiswara sebagai ujung tombak dalam mencetak SDM pertanian yang mumpuni sesuai tantangan zaman.
Untuk memperkuat peran widyaiswara dalam mendukung kemandirian petani dan mendorong tercapainya swasembada pangan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menggelar Workshop Literasi Keuangan bagi Widyaiswara.
Kegiatan berlangsung selama tiga hari, 2-4 Juli 2025 lalu, bertempat di Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (BBPMKP) Ciawi, Bogor.
Workshop diikuti oleh 20 widyaiswara dari 10 Unit Pelaksana Teknis (UPT) pelatihan pertanian salah satunya diikuti oleh widyaiswara Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan. Fokus utama pelatihan adalah meningkatkan kompetensi widyaiswara dalam hal pencatatan usaha tani menggunakan aplikasi LAMIKRO, terutama dalam konteks pendampingan Brigade Pangan (BP).
Peningkatan kompetensi SDM Pertanian tetap menjadi prioritas Kementerian Pertanian. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, bahwa SDM Pertanian adalah kunci dalam mempercepat pembangunan pertanian di Indonesia khususnya dalam mencapai target swasembada pangan sesuai amanah Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto.
Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menyampaikan bahwa SDM memegang peranan penting dalam sektor pertanian karena menjadi faktor utama dalam peningkatan produktivitas dan ketahanan pangan di Indonesia.
“Pelatihan pertanian diakui sebagai penggerak utama agar petani kita makin cerdas, mandiri, dan mampu mewujudkan kedaulatan pangan bangsa. Terobosan pelatihan yang baik dan dapat diterima oleh semua level pengguna sangat diperlukan untuk pelatihan yang berhasil,” jelas Santi.
BBPP Ketindan sebagai salah satu UPT pelatihan pertanian mengirimkan dua widyaiswara yang kompeten di bidang ilmu keuangan usaha tani yaitu Nining Hariyani dan Laila Nuzuliyah.
Salah satu peserta Laila Nuzuliyah dari BBPP Ketindan mengatakan materi yang disampaikan meliputi dalam workshop tersebut meliputi: Literasi Keuangan Usahatani BP, Ekonomi Teknik dan Depresiasi Aset, Standar Akuntansi Keuangan untuk UMKM, serta Praktik Aplikasi Keuangan Digital LAMIKRO
Tak hanya teori, peserta juga mengikuti sesi praktik langsung, termasuk penyusunan materi ajar yang lebih sederhana dan aplikatif. Materi ini kemudian digunakan dalam rapat koordinasi penguatan peran P4S dalam Mewujudkan swasembada pangan, yang menghadirkan pengurus Forum Komunikasi P4S dari tingkat nasional dan provinsi yang memiliki Program BP.
Dalam diskusi interaktif, peserta saling bertukar pengalaman mengenai kendala di lapangan, khususnya dalam membantu petani memahami pentingnya perencanaan dan pencatatan keuangan usaha tani.
“Widyaiswara kini tidak hanya menguasai teknis pertanian, tetapi juga siap menjadi fasilitator keuangan usaha tani yang cakap. Ini adalah modal penting dalam mendampingi petani menuju usaha yang lebih mandiri, terukur, dan berkelanjutan,” ujar Laila.
Laila menambahkan, kegiatan ini menjadi langkah konkret dalam memperkuat peran widyaiswara dan P4S sebagai agen perubahan di sektor pertanian. Dengan literasi keuangan yang lebih baik, petani akan semakin siap menghadapi tantangan usaha dan turut mempercepat terwujudnya swasembada pangan nasional.
Dalam penyusunan materi ajar salah satu indikator keberhasilan brigade pangan adalah mampu dalam mengelola usaha tani secara modern dan berorientasi bisnis.
Tak hanya itu, BP juga membuat daftar aset dan menyusun analisis penyusutan alat dan mesin pertanian. Dengan demikian brigade pangan dapat mengetahui nilai ekonomis alat serta merencanakan peremajaan alsintan secara tepat. Laila Nuzuliyah/Nining Hariyani*
Diterbitkan di lajurpertanian.com, megapolitannews.com, dan tabloidsinartani.com