Telp/Fax 0341-927123 / 429725

|

Antisipasi El Nino, Penyuluh Sambas Dampingi Sekolah Lapang Petani, Replikasi Pupuk Organik

Najia
Aug 14, 2023

Sambas – El Nino membawa dampak serius seperti kekeringan dan berkurangnya ketersediaan air bagi budidaya pertanian. Kaerna itu penting sekali dilakukan antisipasi guna menekan sekecil mungkin dampak kerugian yang akan ditimbulkannya.

El Nino sendiri merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum. Berdasarkan prediksi Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) musim kemarau tahun ini sudah berlangsung sejak Maret dengan titik puncak pada Agustus-September 2023. Kekeringan secara umum berdampak pada pemenuhan kebutuhan air bagi pertanian dan wilayah dengan tingkat intensitas hujan rendah.

Melalui berbagai kesempatan kunjungan kerja ke daerah-daerah di seluruh wilayah Indonesia, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menekankan pentingnya mendampingi petani untuk melakukan percepatan tanam padi dengan menggunakan varietas bibit unggul yang tahan kekeringan, menggunakan teknologi dan mekanisasi pertanian serta penggunaan pupuk organik.

WhatsApp Image 2023-08-22 at 08.52.16.jpeg

Menurut Mentan, gerakan nasional menghadapi El Nino sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo. Pemerintah Daerah diminta benar-benar mendampingi petani agar produksi pangan di daerah bisa terus dijaga selama musim kering. Pemerintah pusat dan daerah harus bersinergi dengan baik melalui kasi nyata agar target tanam dan produksi bisa tercapai tegas Syahrul. “Saya meminta para penyuluh untuk menjadi pejuang dan garda terdepan dalam meningkatkan produktivitas di saat musim kemarau panjang atau El Nino 2023,”tegas Mentan Syahrul. Senada dengan itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi meminta agar penyuluh menyiapkan diri dalam membantu petani.

Menurutnya, tantangan pertanian sekarang adalah dampak pasca pandemi, perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global. Namun, dengan efisiensi biaya produksi, peningkatan produksi akan tercapai dan juga akan dapat meningkatkan ekspor.

“Cara-cara biasa harus ditinggalkan. Jadilah penyuluh yang luar biasa penuh terobosan, yang mampu melakukan tugas sebagai inovator, penuh ide dalam mengatasi kendala yang dihadapi di lapangan seperti kelangkaan pupuk diatasi membuat pupuk organik bersama petani, membuat pestisida nabati,” kata Dedi Nursyamsi.

Salah satu aksi yang paling mudah untuk dilakukan di tingkat petani untuk meningkatkan produksi terutama petani padi pada lahan tadah hujan di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas adalah dengan memanfatkan penggunaan pupuk organik.

Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Jawai, Darma Irawan mengatakan, saat ini petani mulai melakukan gerakan tanam di lahan tanah tadah hujan. Dalam beberapa hari terahir turun hujan dengan intensitas ringan sampai sedang. Ini dimanfaatkan petani untuk melakukan gerakan tanam padi. Selain itu dalam mendampingi budidaya tanaman padi, petani diminta untuk menggunakan pupuk organik cair (POC).

“BPP Kecamatan Jawai memiliki produk unggulan POC yang di beri nama POC SABUN (Sisa Buah Naga). Pupuk yang dibuat sendiri dengan cara yang mudah murah dan meriah pada beberapa waktu lalu dibagikan secara gratis kepada petani sekolah lapang replikasi pupuk organic,” kata Darma.

Mereka percaya bahwa dengan menggunakan pupuk organik adalah salah satu cara mengurangi gas metana sebagai penyebab gas rumah kaca yang berakibat pada perubahan iklim. “Replikasi penggunaan pupuk organik cair ini adalah salah satu bentuk kita sebagai penyuluh mendukung pemerintah mengantisipasi dampak kekeringan,”pungkas Darma.

Laila Nuzuliyah/ Darma Irawan

Similar Post