Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar pelatihan dan penyuluhan untuk mengantisipasi darurat pangan nasional, Rabu (5/6/2024).
Pelatihan diselenggarakan secara serentak mulai 5 sampai 7 Juni 2024 secara daring. Kegiatan ini diikuti secara serentak oleh petani, penyuluh, dan Babinsa di seluruh Indonesia. Totalnya kurang lebih mencapai 1,9 juta orang.
Kegiatan pelatihan ini dibuka oleh Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi. Berlokasi di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
Dedi mengatakan, pelatihan ini dilakukan dalam menghadapi krisis pangan yang melanda dunia, tak terkecuali Indonesia.
"Konsumsi beras dalam negeri setiap bulannya mencapai 2,6 juta ton dengan produktivitas 5,2 ton per hektare. Sementara Indonesia hanya mampu menghasilkan 30,2 juta ton per tahun," kata Dedi.
Sedangkan berdasarkan data yang ada, pada Maret 2024, petani baru bisa menanam seluas 800.000 hektare. Artinya terjadi kekurangan tanam seluas 300.000 hektare, yang akibatnya akan defisit beras.
Oleh sebab itu, pemerintah pusat saat ini tengah menggenjot produksi padi dan jagung.
Caranya dengan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) melalui optimalisasi lahan rawa, pompanisasi lahan sawah tadah hujan, dan tumpang sisip padi gogo di lahan perkebunan.
"Lahan rawa umumnya cuman tanam satu kali dalam setahun. Kita bisa meningkatkan IP nya dua kali dengan cara memperbaiki saluran air, gorong-gorong, pintu air, sehingga air bisa mengalir dengan baik. Dan pada musim hujan air akan terdrainase," jelasnya.
Saat ini perbaikan saluran air di lahan rawa sudah dikerjakan di 11 provinsi di Indonesia. Antara lain ada di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.
Kemudian yang kedua pengoptimalan lahan sawah tadah hujan. Dedi menjelaskan, di Indonesia lahan tadah hujan sekitar 4 juta hektare. Lahan ini hanya mengandalkan hujan. Saat kemarau akan terjadi kekurangan air.
Untuk mengoptimalkan irigasi dengan pompanisasi, Dedi menjelaskan caranya dengan mencari sawah tadah hujan yang dekat sengan sungai.
"Jarak sawah dengan sungai tidak lebih dari 500 meter. Lalu perbedaan tingginya jangan lebih dari 20 meter," tambahnya.
Hal ini ia genjot untuk 1 juta hektar lahan sawah tadah hujan yang diairi menggunakan pompa. Sehingga, yang semula lahan hanya bisa ditanami satu tahun sekali, kini menjadi dua kali tanam.
Selanjutnya, kata Dedi, Kementan juga menggalakkan tumpang sisip padi gogo di lahan perkebunan sawit. Yakni di lahan kelapa yang sedang mengikuti program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
"Apabila tiga hal itu dilakukan, maka kebutuhan pangan kita akan terpenuhi dan terhindar dari krisis pangan," tukasnya.
Diterbitkan di suryamalang.tribunnews.com