BOJONEGORO – Kelompoktani (poktan) Suka Bakti di Desa Ngrejeng, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, mulai beralih dari cara tanam tradisional ke penerapan teknologi tepat guna dalam budidaya padi. Langkah ini dilakukan guna meningkatkan efisiensi, menekan biaya produksi, dan mendongkrak hasil panen petani.
Penerapan teknologi ini dilakukan secara bertahap dengan pendampingan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Desa Ngrejeng. Alat tanam padi atau rice transplanter sederhana menjadi salah satu teknologi andalan.
Dengan alat ini, petani tidak hanya menghemat benih tetapi juga menciptakan sirkulasi udara yang lebih baik di antara tanaman. Hasilnya, tanaman lebih sehat dan tahan terhadap serangan hama.
Samsul Amin, penyuluh Desa Ngrejeng, menjelaskan bahwa petani perlu didorong untuk tidak hanya mengandalkan tenaga konvensional, tetapi juga memanfaatkan alat dan sistem pertanian modern.
“Saat ini petani di Desa Ngrejeng sudah mulai menggunakan alat tanam padi seperti rice transplanter tapi sederhana. Ini adalah langkah maju menuju pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan,” kata Samsul Amin, saat mendampingi petani dalam pertemuan kelompok Jumat (2/5/2025).
Teknologi irigasi pun mengalami perbaikan. Desa Ngrejeng yang sebelumnya mengandalkan irigasi tadah hujan kini memanfaatkan pompa air tenaga listrik yang dipasang di dekat sawah. Teknologi ini dinilai lebih ramah lingkungan dan ekonomis karena tidak bergantung pada bahan bakar solar.
Pemanfaatan teknologi di bidang pertanian menjadi perhatian Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman yang menegaskan, bahwa transformasi pertanian berbasis teknologi menjadi salah satu prioritas utama dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengatakan dengan penerapan teknologi cerdas dalam pertanian, diharapkan para petani dapat mengoptimalkan hasil panen, mengurangi kerugian akibat faktor cuaca, serta memanfaatkan sumber daya alam secara lebih efisien.
Menurut pengakuan Pardi, petani di Desa Ngrejeng, dulu mereka menanam dengan cara tugal manual.
”Sekarang lebih cepat dan lebih teratur. Kami juga lebih mudah memelihara tanaman,” ujar Pardi.
Keberhasilan Desa Ngrenjeng ini tak lepas dari komitmen para petani dan kekompakan kelompok tani Suka Bakti. Gotong royong dalam berbagi alat, pengalaman, serta mengikuti pelatihan menjadi kunci utama. Hal ini diungkapkan Warji anggota poktan Suka Bakti.
”Pompa tenaga listrik ini sangat membantu. Air bisa dialirkan ke sawah lebih cepat dan tidak perlu beli solar. Hemat biaya, hemat waktu. Penyuluh juga sangat berperan, serta peran semua anggota poktan,”ungkap Warji.
Pemerintah desa setempat turut mendukung langkah ini dengan memperbaiki infrastruktur pendukung seperti jalan usaha tani dan saluran air. Sinergi antara petani, penyuluh, dan pemerintah desa menjadi modal penting untuk keberlanjutan program ini.
Dalam waktu dekat, Poktan Suka Bakti berencana menambah alat tanam mekanis dan menjajaki penggunaan drone untuk pemupukan di lahan yang lebih luas. Mereka juga berharap bisa menjadi percontohan untuk desa-desa lain di Bojonegoro.
“Kami ingin pertanian di sini lebih modern, agar anak-anak muda juga tertarik ikut bertani, terjun ke dunia pertanian,” kata Samsul Amin yang selalu setia mendamping petani di desa binaannya.
Samsul Amin menambahkan, teknologi tepat guna bukan soal alat mahal, tapi bagaimana alat itu bisa dimanfaatkan secara efisien dan sesuai kebutuhan petani. Ia menekankan pentingnya pendampingan agar teknologi tidak hanya jadi pajangan, tetapi benar-benar digunakan dan dirawat.
“Yang penting bukan sekadar beli alat, tapi bagaimana alat itu digunakan, dipahami, dan dirawat oleh petani. Itulah tugas kami sebagai penyuluh,” pungkasnya. Samsul Amin/Asep*
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com