Kawasan pertanian berbasis korporasi semakin memainkan peran penting dalam menjawab tantangan ketahanan pangan global dan keberlanjutan lingkungan, sejalan dengan statement Presiden Jokowi agar para petani diharapkan dapat membangun proses bisnis dari hulu ke hilir.
Dalam rangka “Pengembangan Kawasan Berbasis Korporasi”, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melakukan Kunjungan Studi Tiru ke kelompok tani (poktan) binaan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 10 Oktober 2023 lalu.
Rombongan yang dipimpin oleh Sekretaris Disbun Provinsi Kaltim, Surono, didampingi oleh Kepala Bidang Bidang Pengembangan Komoditi, Rr. Zuraida H Hapsari, beserta 14 orang pejabat dan staff, diterima oleh Kepala BBPP Ketindan, Sumardi Noor, beserta jajajarannya.
Dalam sambutannya, Sumardi Noor mengatakan bahwa sangat berterima kasih atas kunjungan dari Disbun Provinsi Kaltim dan siap memfasilitasi tujuan yang dimaksud dalam hal pengembangan kawasan berbasis korporasi agar nantinya dapat diterapkan di Provinsi Kalimantan Timur.
“Saya sangat berterima kasih atas segala kepercayaannya kepada kami. Terutama terhadap langkah Disbun Provinsi Kaltim untuk menggali segala informasi tentang pengembangan korporasi terhadap pelaku-pelaku pertanian binaan BBPP Ketindan. Kami akan fasilitasi dengan baik, dan saya berharap kedepan terjalin kerjasama pelatihan dengan BBPP Ketindan. Sumardi Noor juga menambahkan, bahwa nantinya rombongan akan dibawa ke Poktan Tani Mapan Makmur di Kecamatan Selorejo Blitar dengan komoditi pisang dan Poktan Gemah Ripah II di Kecamatan Ngantang Malang dengan komoditi kentang. Kedua Poktan tersebut sudah berhasil menjalankan korporasinya hingga lebih dari 5 tahun, bahkan omzetnya mencapai milyaran rupiah. Pada dasarnya pertanian berbasis korporasi kuncinya pada sumber daya manusia pertanian yang maju, manajemen yang baik, serta mitra kerja yang jelas.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, mendorong petani mengubah semangat dan etos kerja, dari sekadar bertani menjadi pengusaha. Ia menegaskan agar petani mendukung inovasi dan mekanisasi, untuk menguasai pertanian dari hulu ke hilir sebagai bisnis bukan sekadar bertani.
"Bukan lagi jamannya petani bekerja dan berusaha tani sendiri-sendiri. Harus berjamaah. Awali dari kelompok-kelompok tani untuk membentuk korporasi petani. Saham korporasi dari petani," kata Dedi Nursyamsi.
Mengutip pernyataan dari Komisaris Tani Gemah Ripah II, Bapak Supriyono, bahwa, korporasi tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak adanya persamaan presepsi dan tujuan yang sama dari para anggota, kepercayaan, dan konsistensi dalam menjalankan organiasi.
Sementara itu, Sekdis Disbun Provinsi Kaltim menyampaikan bahwa, di Kalimantan Timur merupakan kawasan yang menghasilkan kelapa sawit.
“Melalui kegiatan ini, kami mendapat gambaran serta informasi agar program pengembangan kawasan berbasis korporasi dapat diterapkan, meskipun berbeda komoditi yang tujuannya diperoleh skala ekonomi efisien yang bisa memudahkan petani dalam akses pembiayaan, informasi, teknologi, serta meningkatkan efisiensi maupun memperkuat pemasarannya,” jelas Surono.
Berita terbit di Swadayaonline.com