Sektor pertanian merupakan pangsa yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Namun produktivitas pertanian masih perlu dikembangkan di masa yang akan datang dan perlu dukungan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan berkualitas.
Salah satu sumber daya alam yang menjadi keunggulan yaitu tanaman obat atau herbal. Tanaman ini dimanfaatkan sebagai alternatif tanaman rempah dan sebagai obat turun temurun dari nenek moyang yang sangat berkhasiat. Tanaman rimpang khususnya empon-empon merupakan tanaman yang sangat menjanjikan untuk peningkatan kesejahteraan petani.
Berdasarkan penjelasan diatas maka Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan sebagai UPT Pelatihan dibawah Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) menyelenggarakan pelatihan budidaya tanaman obat bagi petani.
Dalam kegiatan praktik lapang, BBPP Ketindan berkolaborasi dengan Pusat Pelatihan Pertanian di Perdesaan Swadaya (P4S) JIFSI di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Adanya kolaborasi ini, bisa memberikan contoh tentang pertanian yang rendah biaya dan ramah lingkungan dan telah diterapkan oleh kelompok tani yang dibina oleh P4S JIFSI. Apalagi P4S sebagai lembaga pelatihan/permagangan bagi petani, diharapkan dapat langsung berperan aktif untuk pengembangan SDM pertanian dalam bentuk pelatihan/permagangan bagi petani dan masyarakat di sekitarnya.
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan, P4S merupakan pusat pembelajaran dari petani untuk petani, memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian. Untuk mewujudkan kedaulatan diperlukan dukungan SDM yang mumpuni.
Karena itu, pengembangan SDM pertanian diarahkan pada peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk membentuk kepribadian yang mandiri bagi SDM pertanian khususnya petani.
“Kunci keberhasilan utama dari pembangunan pertanian bukanlah bantuan sarana prasarana seperti pupuk, benih, maupun alsintan dan lain lain, akan tetapi yang terutama keberhasilan pembangunan pertanian adalah SDM-nya,” katanya.
Adapun kegiatan praktik pertanian yang diterapkan oleh kelompok tani JIFSI sebagi berikut: tahap pertama adalah dengan perbaikan lahan pertanian dengan cara pengolahan lahan yang benar berdasarkan perlakuan ramah lingkungan, dengan penggunaan pupuk organik dari kotoran sapi dan kambing yang telah difermentasi menggunakan mikrobakteria sehingga menekan penggunaan pupuk kimia.
Tahap kedua tentunnya menggunakan teknologi pemasangan mulsa hitam. Tanaman utama dikelompok tani JIFSI adalah jeruk yang ditumpang sari dengan tanaman tomat, cabe, dan jahe. Dengan istilah lain tumpang sari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada saat bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama.
Kepala BBPP Ketindan, Sumardi Noor berharap agar alumni pelatihan petani-petani muda, tidak berhenti sampai disini. Tetapi sebagai tindak lanjut dan rencana implementasi wajib diterapkan di wilayahnya. Hal tersebut sebagai bukti dan keberlanjutan terhadap program pelatihan budidaya tanaman obat yang telah dilaksanakan oleh BBPP Ketindan berjalan dengan baik.
Berita terbit di Swadayaonline.com