Telp/Fax 0341-927123 / 429725

|

Sinergi Petani Dan Penyuluh Tabanan Naikkan Nilai Tambah Gumitir

Najia
Apr 20, 2025

unga gumitir atau yang lebih dikenal dengan nama bunga marigold menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali, terutama di Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Bunga ini tidak hanya digunakan sebagai sarana upacara keagamaan, tetapi juga menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan bagi petani lokal.

Bunga gumitir memiliki peran sentral dalam kegiatan keagamaan umat Hindu di Bali. Bunga ini hampir selalu hadir untuk persembahan atau canang sari, sebagai simbol kemurnian dan ketulusan dalam bersembahyang.

Desa Tua sendiri dikenal sebagai salah satu sentra budidaya bunga gumitir di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Hampir setiap rumah memiliki kebun kecil gumitir di pekarangan atau sawah mereka.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mendorong dan memfasilitasi tumbuh kembangnya usahatani.

“Kementan terus mendorong dan memfasilitasi bertumbuhnya usahatani. Pemerintah berkomitmen menjadikan pertanian sebagai dunia usaha atau bisnis yang strategis dan menguntungkan,” kata Amran.

Sementara itu, menurut salah satu petani gumitir Desa Tua, Ketut Kartika, permintaan bunga gumitir biasanya meningkat saat hari besar keagamaan Hindu seperti Purnama, Odalan, Galungan dan Kuningan.

“Kalau sudah dekat hari raya, harga bisa naik dua kali lipat,” ungkapnya dengan senyum.

Ketut Kartika juga mengaku telah menanam bunga gumitir selama lebih dari 3 tahun. Ia memiliki lahan seluas 11 are yang ditanami secara bergiliran agar panen bisa berlangsung sepanjang tahun. Bunga gumitir bisa ia panen setiap 4-5 hari sekali kalau musimnya bagus.

Menurut penyuluh pertanian yang mendampingi petani di Desa Tua, I Made Widiada, menjelaskan bahwa bunga gumitir termasuk tanaman yang cocok untuk kondisi tanah dan iklim di Kecamatan Marga.

Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengapresiasi penyuluh sebagai garda terdepan pembangunan pertanian bersama petani. Ia menegaskan bahwa pihaknya terus berusaha untuk meningkatkan kompetensi penyuluh melalui pelatihan dan pendampingan.

Sebagai penyuluh pendamping, I Made Widiada berusaha senantiasa dalam melakukan pendampingan ke petani binaannya. Seperti yang tengah ia lakukan bersama petani gumitir.

Widiada menuturkan bahwa saat ini curah hujan dan suhu di Tabanan sangat mendukung pertumbuhan gumitir yang subur dan berbunga banyak. Ia juga menuturkan bahwa perawatan tanaman gumitir relatif mudah.

“Yang penting penyiraman rutin, pengendalian hama, dan pemangkasan ringan agar cabang tidak terlalu rimbun,” kata I Made Widiada.

Selain keindahan visualnya, gumitir juga menjadi simbol budaya. Anak-anak di Desa Tua sejak kecil diajarkan cara merangkai bunga untuk canang sari. Dari segi ekonomi, gumitir memberi kontribusi yang tidak sedikit. Menurut Ketut kartika harga jual bunga gumitir bisa mencapai Rp. 50.000/kg dari Rp.15.000/kg saat menjelang hari raya. Dalam satu musim tanam bisa mendapatkan penghasilan bersih hingga 7 juta rupiah, tergantung harga pasar dan hasil panen.

I Made Widiada juga mengatakan bahwa Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan mendukung petani gumitir melalui pelatihan budidaya organik dan pemasaran digital.

“Kami ingin petani mulai menjual bunga langsung lewat media sosial atau marketplace lokal,” ujarnya.

Beberapa petani muda dan ibu rumah tangga di Desa Tua telah mencoba menjual gumitir dalam bentuk bunga segar. Produk mereka dipasarkan untuk keperluan ritual di luar daerah dan juga untuk kebutuhan dekorasi. Ternyata banyak peminat dari luar daerah yang ingin bunga gumitir untuk dekorasi acara atau meditasi. Hal ini seperti dikatakan Nyoman Diah, ibu rumah tangga yang juga berinovasi dengan membuat paket bunga untuk sesajen lengkap, sehingga pembeli tidak perlu merangkai sendiri.

“Ini memberi nilai tambah bagi produk pertanian kita,” kata Nyoman Diah.

Desa Tua juga sedang merintis kawasan agrowisata gumitir. Kebun-kebun gumitir yang ditata rapi menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara, apalagi saat musim berbunga.

Dengan sinergi antara petani, penyuluh, dan pemerintah desa, bunga gumitir kini bukan hanya tumbuh di tanah, tapi juga mengakar dalam kehidupan, budaya, dan ekonomi masyarakat Desa Tua. Ketika gumitir mekar, bukan hanya keindahan yang lahir, tetapi juga harapa, agar budaya terus hidup, ekonomi petani membaik, dan alam tetap lestari.

Similar Post