JAKARTA- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan keyakinannya bahwa swasembada pangan dapat segera terwujud. Untuk mewujudkan swasembada pangan, Mentan Amran menyampaikan strateginya, yaitu melibatkan petani milenial dengan dukungan mentor dan pendamping yang siap membantu mereka mengelola usaha tani modern di 12 provinsi.
“Kunci keberhasilan swasembada pangan terletak pada generasi muda. Dengan keterlibatan petani milenial, teknologi modern, dan sumber daya alam yang kita miliki, saya yakin kita bisa melampaui target,” tegas Mentan Amran dalam acara Workshop Manajemen Pendampingan Brigade Pangan di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan.
Dalam rangka mendukung percepatan swasembada pangan, pada 20 s.d 21 November 2024, lima pegawai Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan mengikuti Workshop Manajemen Pendampingan Brigade Pangan 2024 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Kantor Kementerian Pertanian dan Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian Ciawi.
Materi workshop meliputi Pembingkaian OPLAH dan Brigade Pangan; Pedoman Umum Keputusan Sekjen tentang pertanian modern; pedoman bantuan pemerintah; pedoman penyiapan alsintan, pupuk dan pestisida; benih pedoman penyediaan benih; pengelolaan alat dan mesin pertanian; analisa kelayakan usaha tani; kelembagaan dan skema kerjasama antara brigade pangan dengan pemilik lahan; karakteristik lahan dan pengelolaan air; persiapan lahan, persiapan benih dan penanaman; pemeliharaan tanaman; panen dan pascapanen.
Brigade Swasembada Pangan akan beroperasi di 12 provinsi strategis yang menjadi wilayah optimalisasi lahan rawa (OPLAH), yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan. Pada tahun 2024 ini, Kementan telah berhasil menggarap 350 ribu hektare lahan OPLAH, yang kini siap mendukung peningkatan produksi beras nasional.
Setiap brigade terdiri dari 15 petani milenial yang akan mengelola lahan seluas 200 hektare secara terstruktur dan terintegrasi. Untuk tahap pertama, brigade pangan akan didukung oleh 400 pendamping yang merupakan para pegawai Kementan terpilih, serta 50 mentor yang terdiri dari penyuluh, dosen, guru, dan widyaiswara.
“Brigade Swasembada Pangan ini adalah langkah strategis untuk mengoptimalkan lahan rawa. Dengan tata lahan dan tata air yang baik, serta pendampingan intensif, kita dapat meningkatkan produktivitas hingga tiga kali tanam setahun,” jelas Mentan Amran.
Mentan Amran pun menekankan pentingnya pendampingan yang efektif untuk memastikan keberhasilan petani milenial. “Kalian adalah agen perubahan. Masa depan pertanian ada di tangan kalian,” kata Amran.
Mentan Amran pun berjanji akan rutin memantau kerja Brigade Swasembada Pangan di lapangan. Dirinya menyebutkan tolok ukur keberhasilan para pendamping dan mentor adalah apabila brigade pangan binaannya bisa meningkatkan produktivitas padi minimal 5 juta ton per hectare, Indeks Pertanaman (IP) menjadi IP 3 dan pendapatannya bisa di atas 10 juta rupiah per bulan.
“Kalau mereka tekun dan bekerja keras, bukan tidak mungkin pendapatannya bisa mencapai 20 juta rupiah. Dengan pendapatan yang di atas pendapatan kantoran biasa, mereka akan semangat menjadi petani. Brigade pangan ini hanya awal karena selanjutnya kita akan arahkan mereka untuk menjadi pengusaha. Sehingga penting untuk membekali mereka dengan pengetahuan korporasi,” sebut Mentan Amran.
Setiap brigade akan mendapatkan bantuan hibah sebesar Rp 3 miliar berupa alat dan mesin pertanian, serta benih unggul untuk mendukung kegiatan mereka.
“Semua fasilitas sudah kami siapkan. Tidak ada alasan untuk gagal. Dengan kerja keras, Indonesia tidak hanya swasembada, tetapi juga bisa menjadi lumbung pangan dunia,” pungkas Mentan Amran optimistis.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti menyampaikan saat ini sudah terbentuk lebih dari 1.500 brigade pangan yang tersebar di 12 provinsi. Setiap pendamping bertanggung jawab mengadvokasi lima brigade pangan.
“Melalui workshop ini, para calon pendamping setidaknya bisa memahami dan menerapkan konsep pertanian modern di wilayahnya masing-masing, mulai dari penggunaan varietas unggul bersertifikat dan pemanfaatan alat dan mesin modern, hingga hilirisasi dan pengelolaan kawasan secara terintegarasi dan terstruktur,” tutur Santi.
Terpisah, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Nurul Qomariyah menyampaikan bahwa peran pendamping lapangan menjadi salah satu kunci keberhasilan program ketahanan pangan.
“Kami di BBPP Ketindan merasa terhormat dapat menjadi bagian dari upaya besar ini. Melalui workshop ini, kami berharap dapat membantu para pendamping lapangan meningkatkan kapasitas mereka, baik dari segi pengelolaan maupun inovasi teknologi pertanian,” ujar Nurul. Nadif Ilmiah/Yeniarta
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan swadayaonline.com