Telp/Fax 0341-927123 / 429725

|

Diversifikasi Usahatani, Petani Tuban Budidaya Cabai Keriting

Yeniartha
Jun 11, 2025

TUBAN – Upaya diversifikasi usahatani terus digalakkan untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus memperkuat ketahanan pangan. Salah satunya melalui budidaya komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti cabai keriting.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa keberhasilan program ketahanan dan swasembada pangan sangat bergantung pada peran aktif penyuluh di lapangan.

“Penyuluh adalah penggerak utama. Mereka mendampingi petani, memastikan tanam terjadi, dan melaporkan capaian secara realtime. Dukungan terhadap mereka adalah prioritas kami,” ujar Mentan Amran.

Senada dengan itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menyampaikan bahwa penyuluh memegang peran strategis dalam menyambungkan kebijakan pusat dengan pelaksanaan teknis di lapangan.

“Kecepatan aksi dan keakuratan data sangat menentukan keberhasilan program. Penyuluh bukan hanya pendamping petani, tapi juga penghubung langsung antara pusat dan daerah,” tegasnya.

Pernyataan tersebut tercermin nyata dalam aktivitas pertanian di Desa Pulogede, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Petani di daerah ini mulai mengembangkan budidaya cabai keriting sebagai alternatif komoditas pangan. Salah satunya dilakukan oleh Kelompok Tani (Poktan) Ngudi Mulyo, yang menanam cabai di lahan seluas 1 hektare.

Selama proses budidaya, Poktan Ngudi Mulyo didampingi Abdul Rohman, penyuluh pertanian setempat yang akrab disapa Maman. Ia memberikan pendampingan menyeluruh mulai dari persiapan lahan, pemilihan benih unggul, pengolahan tanah, hingga teknik tanam dan perawatan.

“Cabai keriting punya potensi besar. Kami ingin petani menanam dengan cara yang tepat agar hasilnya maksimal,” ujar Maman pada Selasa (10/06/2025).

Ketua Poktan Ngudi Mulyo, Mulyadi, mengaku sangat terbantu dengan pendampingan penyuluh.

“Ini pertama kalinya kami menanam cabai keriting dalam skala besar. Dengan bimbingan Pak Maman, kami jadi lebih paham budidayanya dari awal hingga pemeliharaan,” katanya.

Sebelumnya, petani lebih banyak menanam jagung dan padi. Namun karena dorongan penyuluh dan peluang pasar yang menjanjikan, kelompok memutuskan untuk mencoba budidaya cabai. Lahan 1 hektare dikelola secara gotong royong dengan sistem tanam jajar legowo dan mulsa plastik hitam perak untuk efisiensi air dan pengendalian gulma.

“Penyuluh juga bantu kami menyusun jadwal tanam, pemupukan, dan pengendalian hama. Varietas yang kami pakai tahan terhadap penyakit layu dan virus kuning, agar tidak merugi saat musim hujan,” tambah Mulyadi.

Tak hanya aspek teknis, Maman juga mengingatkan pentingnya pencatatan kegiatan usaha tani secara tertib, agar petani dapat menghitung biaya produksi dan merancang strategi pemasaran.

Ia juga mendorong petani memanfaatkan pupuk organik dari kotoran ternak sekitar, dikombinasikan dengan pupuk anorganik, agar tanah lebih sehat dan panen meningkat.

Dinas Pertanian Kabupaten Tuban melalui Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tambakboyo turut mendukung langkah ini, yang dinilai sebagai bagian dari penguatan ketahanan pangan berbasis hortikultura.

Maman berharap Poktan Ngudi Mulyo bisa menjadi contoh bagi kelompok lain dalam budidaya cabai secara mandiri dan profesional.

“Kalau panen berhasil dan harga bagus, ini bisa jadi sumber ekonomi baru. Kami siap bantu hubungkan kelompok dengan pasar atau offtaker,” pungkasnya.

Kegiatan ini menegaskan peran penting penyuluh pertanian sebagai mitra strategis petani dalam mewujudkan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan. Abdul Rohman/Asep Koswara*

Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com

Similar Post