MOJOKERTO – Pertanian bukan lagi sekadar urusan orang tua. Resa, pemuda yang masih menempuh kuliah jurusan teknik mesin dari Kota Mojokerto, Provinsi Jawa Timur membuktikan bahwa generasi muda juga bisa sukses di sektor pertanian, bahkan dengan cara yang lebih inovatif dan ramah lingkungan.
Resa dikenal sebagai petani Gen Z yang mengembangkan pertanian ramah lingkungan di Kelurahan Balongsari, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto.
Bermula dari keikutsertaannya dalam penyuluhan pertanian tentang pupuk organik bokashi yang digelar oleh penyuluh pertanian Kelurahan Balongsari, Resa yang semula menggeluti usaha bengkel mulai tertarik dengan pertanian. Ia melihat potensi besar dalam perbaikan kondisi tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan.
Dengan pendampingan intens dari penyuluh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Mojokerto, Resa mulai memproduksi bokashi dari bahan-bahan organik seperti arang sekam, dedak, kotoran ternak, dan larutan EM4 atau MOL (Mikroorganisme Lokal). Ia bahkan mampu mempersingkat proses fermentasi dari tiga minggu menjadi dua minggu, berkat pemahamannya di bidang teknik.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendorong penggunaan pupuk organik dalam pertanian. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan ketahanan pangan dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Mentan Amran juga menegaskan pentingnya penggunaan pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan tanah yang telah menurun akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan.
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, juga menekankan pentingnya pupuk organik dalam pertanian untuk meningkatkan produktivitas tanaman, menjaga kesuburan tanah, dan mendukung pertanian berkelanjutan. Ia juga menggarisbawahi pentingnya peran sumber daya manusia pertanian yang kompeten dalam menerapkan teknologi tepat guna.
Untuk membuktikan efektivitas pupuk buatannya, Resa menyulap lahan kosong seluas 800 meter persegi di belakang kantor Dinas Pendidikan Kota Mojokerto menjadi demplot pertanian sayuran organik. Hasilnya cukup mengejutkan, tanaman seperti cabai, kangkung, terong, selada, sawi, dan pakcoy tumbuh lebih subur, segar, dan hijau.
“Awalnya saya ragu, tetapi saat melihat tanamannya, saya jadi tertarik. Tanahnya gembur dan tidak bau kimia,” ungkap Johan, Ketua Kelompok Tani Margodadi II Balongsari, saat panen Jumat (23/05/2025).
Penerapan bokashi oleh Resa ini mendapat dukungan penuh dari penyuluh Balongsari dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Mojokerto.
Tak hanya memproduksi pupuk untuk digunakan sendiri, Resa kini mampu memproduksi hingga 1 ton pupuk bokashi per bulan, yang juga ia jual kepada petani dan Kelompok Wanita Tani (KWT) sekitar dengan harga terjangkau. Ia bahkan membuka pelatihan kecil untuk anak muda dan petani pemula mengenai pembuatan dan penggunaan bokashi, sekaligus mengenalkan alat fermentasi rakitannya sendiri.
“Inovasi seperti ini sangat mendukung pertanian berkelanjutan. Resa adalah contoh nyata agen perubahan di bidang pertanian Kota Mojokerto,” ujar Ruk’anah Penyuluh Pertanian Balongsari.
Dukungan datang dari berbagai pihak. Pemerintah Kota Mojokerto tengah menggagas program urban farming berbasis komunitas, dan inovasi Resa dinilai sangat relevan dengan arah kebijakan tersebut. Kelompok tani dan KWT mulai mengikuti jejak Resa dengan menggunakan bokashi di lahan mereka.
Saat ini, Resa yang tengah menyeleaikan kuliahnya juga sedang mengurus izin usaha mikro dan berencana menjalin kemitraan dengan koperasi tani untuk memperluas distribusi pupuknya. Ia juga ingin masuk ke sekolah-sekolah untuk mengenalkan pertanian ramah lingkungan sejak dini. Ruk’anah/Asep Koswara*
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com