Telp/Fax 0341-927123 / 429725

|

Dukung Pertanian Ramah Lingkungan, Petani Kabupaten Ngawi Atasi OPT Dengan Pestisida Nabati

Yeniartha
May 25, 2025

NGAWI – Komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan usahatani mulai diwujudkan oleh para petani di Desa Walikukun, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Kelompok Tani (Poktan) Gebang Sari memprakarsai kegiatan demplot pengendalian hama tikus menggunakan pestisida nabati di lahan seluas 0,5 hektare sebagai bagian dari upaya penerapan pertanian ramah lingkungan.

Demplot ini menjadi langkah konkret yang dilaksanakan berkat kerja sama antara petani, penyuluh pertanian, Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), dan dukungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan pemerintah telah berkomitmen untuk berpihak kepada petani, termasuk mendampingi petani saat mengalami masalah serangan OPT.

“Produksi padi tidak boleh terganggu oleh serangan OPT ataupun dampak perubahan iklim”, ujar Mentan Amran.

Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengatakan dalam upaya pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman, peran penyuluh dan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) sangatlah penting.

Ketua Poktan Gebang Sari, Desa Walikukun, Kecamatan Widodaren, Sukamto, menjelaskan bahwa dalam dua musim tanam terakhir, serangan tikus kian meresahkan petani.

“Tikus menyerang saat malam, memakan anakan padi muda dan merusak galengan. Kami rugi besar. Lewat demplot ini, kami dapat alternatif yang tidak berbahaya,” ungkap Sukamto.

Ia menyebutkan bahwa para petani difasilitasi pelatihan pembuatan pestisida nabati menggunakan bahan alami seperti daun sirsak, batang tembakau, dan serai.

Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Widodaren, Ardhian, mengungkapkan, bahwa penggunaan pestisida kimia harus mulai dikurangi secara bertahap. “Melalui pengendalian hayati dan nabati, kita bisa menekan dampak negatif terhadap tanah, air, dan kesehatan manusia,” ungkapnya.

Menurut Ardhian, demplot ini dirancang tidak hanya sebagai uji coba, tetapi juga sebagai media edukasi langsung bagi para petani.

“Kami harapkan ini jadi titik awal perubahan perilaku petani. Sekarang baru 0,5 hektare, kedepan bisa diperluas lagi,” tambahnya.

Petugas POPT Kabupaten Ngawi, Nisa , menegaskan bahwa tikus merupakan salah satu OPT utama yang paling merugikan dan sulit dikendalikan jika tidak dilakukan secara serempak.

“Tikus berkembang cepat. Harus dikendalikan sejak dini dan melibatkan banyak pihak. Demplot ini memberi bukti bahwa pestisida nabati pun bisa jadi solusi,” ujarnya.

Penyuluh pertanian Desa Walikukun, Sri Utami, menyatakan bahwa pihaknya intens mendampingi kelompok tani mulai dari persiapan bahan, peracikan, penyimpanan, hingga cara aplikasi.

“Kami tekankan bahwa ini bukan sekadar kegiatan proyek, tapi bagian dari perubahan mindset pertanian,” kata Sri Utami.

Selain penyemprotan, petani juga diajak memahami teknik sanitasi lingkungan seperti pembersihan semak, penutupan lubang tikus, dan penggunaan jerami sebagai perangkap alami.

Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi menilai bahwa demplot semacam ini adalah tonggak penting dalam transformasi pertanian konvensional menuju pertanian berkelanjutan.

“Kami ingin petani mandiri dalam mengendalikan OPT tanpa bergantung pada bahan kimia,” ujar Ardian.

Dari hasil monitoring awal pada Jumat (23/05/2025), terlihat bahwa dalam dua minggu setelah penyemprotan, aktivitas tikus menurun drastis. Petani mulai merasa aman menyemai dan menanam ulang. Untuk memperkuat program, penyuluh berencana menggelar pelatihan lanjutan tentang pengendalian nabati untuk hama lain seperti wereng dan penggerek batang. Asep Koswara/ Sri Utami*

Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com

Similar Post