LUMAJANG — Penyuluh pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, gencar melakukan kegiatan monitoring di wialayah binaannya. Kegiatan ini sekaligus bertujuan untuk mendukung ketahanan pangan nasional yang telah menjadi program strategis pemerintah.
Salah satu kegiatan monitoring yang tengah digalakkan yaitu gerakan pengendalian (gerdal) hama tikus. Seperti terlihat, Senin (28/4/2025), Penyuluh Pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kec. Sumbersuko Kabupaten Lumajang melakukan monitoring kegiatan gerdal tikus yang melibatkan kolaborasi erat antara penyuluh, petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT) dan petani.
Monitoring dilakukan di salah satu lokasi pertanian di Desa Sumbersuko, Kecamatan Sumbersuko, yang selama ini dikenal sebagai daerah rawan serangan tikus. Koordinator BPP Sumbersuko, Juwariah bersama penyuluh lainnya turun langsung ke lapangan untuk memastikan bahwa kegiatan gerdal tikus berjalan efektif dan benar-benar melibatkan peran aktif semua unsur, mulai dari petani hingga penyuluh.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa peran penyuluh merupakan ujung tombak dalam keberhasilan program ketahanan dan swasembada pangan.
“Penyuluh adalah penggerak utama di lapangan. Mereka yang mendampingi petani, memastikan tanam terjadi, dan melaporkan capaian secara real-time. Dukungan dan penguatan peran mereka adalah prioritas kami,” ujar Mentan Amran.
Mentan Amran juga menambahkan peran penting penyuluh dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Ia mengungkapkan bahwa sejumlah negara, seperti Malaysia, Filipina, dan Jepang, saat ini tengah mengalami krisis pangan akibat menurunnya produktivitas, dan mulai belajar ke Indonesia.
“Kemudian tim-tim, teman-teman, PPL seluruh Indonesia itu sangat kompak dan solid. Kepala Dinas Pertanian Indonesia juga kompak, solid untuk mengangkat produksi. Di saat ini kita surplus, Itu kebanggaan kita,” tambah Mentan Amran.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti turut menekankan pentingnya fungsi koordinatif dan kolaboratif yang dijalankan oleh penyuluh. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan swasembada pangan sangat bergantung pada kecepatan aksi di lapangan serta keakuratan data yang dilaporkan.
Menurut Juwariah, Koordinator BPP Sumbersuko, kolaborasi menjadi kunci dalam menekan populasi tikus, yang bisa merusak tanaman padi dan menyebabkan kerugian besar bagi petani.
“Kita tidak bisa bergerak sendiri-sendiri. Penyuluh dan petani harus kompak, satu tujuan, agar pengendalian tikus bisa berhasil maksimal,” ujar Juwariah.
Dalam monitoring tersebut, turut hadir Winarno POPT setempat yang aktif mendampingi para petani dalam kegiatan gerdal. Ia menegaskan bahwa kegiatan gerdal tikus bukan sekadar membasmi, tetapi membangun kesadaran bersama tentang pentingnya menjaga ekosistem pertanian.
“Kami dorong petani untuk gotong royong. Kalau satu orang bergerak sendiri, hasilnya kurang maksimal. Tapi kalau semua kompak, hasilnya luar biasa,” kata Winarno.
Selain menggunakan jebakan dan racun tikus ramah lingkungan, petani juga diajarkan teknik pengendalian hayati dan sanitasi lingkungan untuk mengurangi tempat persembunyian tikus.
Darmila, ketua kelompok tani setempat, menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, dengan adanya dukungan dari penyuluh dan pemerintah daerah, petani lebih bersemangat melakukan gerdal.
“Dulu kita sendiri-sendiri, sekarang kita kumpul tiap minggu untuk gropyokan tikus bersama-sama,” ungkap Darmila. Ia mengaku, dengan rutin melakukan gerdal bersama-sama, serangan tikus di lahannya mulai menurun signifikan.
Kegiatan monitoring ini ditutup dengan diskusi terbuka antara petani, penyuluh,dan POPT, yang membahas kendala di lapangan serta rencana tindak lanjut keberhasilan swasembada pangan dapat segera diwujudkan. Asep/Juwariyah*
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com