MALANG – Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan kembali mencatatkan capaian positif melalui panen tomat organik yang dibudidayakan tanpa menggunakan pestisida kimia. Dalam prosesnya, budidaya tomat di lingkungan BBPP Ketindan menerapkan teknologi ramah lingkungan dengan aplikasi MICESSLA, suatu inovasi pestisida nabati hasil formulasi BBPP Ketindan yang mendukung pertanian sehat dan berkelanjutan.
MICESSLA berfungsi sekaligus sebagai insektisida, fungisida, dan bakterisida yang dapat digunakan pada tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan. Produk ini diaplikasikan secara rutin setiap dua minggu sekali dengan dosis 200 ml per tangki berkapasitas 14 liter, sehingga mampu mencegah dan mengendalikan serangan hama serta penyakit tanaman secara efektif.
Hasilnya, tomat organik yang dipanen pada Jumat (29/8), tidak hanya sehat dan aman dikonsumsi, tetapi juga memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi. Seperti saat ini di pasaran harga tomat biasa hanya sekitar Rp 4.500 per kilogram, sedangkan tomat organik produksi BBPP Ketindan mampu dipasarkan hingga Rp 10.000 per kilogram.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagai kesempatan menegaskan pentingnya pengembangan pertanian organik berkelanjutan.
“Kita ingin pertanian Indonesia menghasilkan produk sehat, ramah lingkungan, dan memiliki daya saing tinggi. Setiap lahan harus dikelola sebaik mungkin, dengan cara-cara berkelanjutan yang tidak merusak alam. Inilah jalan untuk menjaga ketahanan pangan sekaligus kesehatan generasi mendatang,” tegas Amran.
“Pertanian organik bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan untuk pangan sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.” imbuhnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menekankan bahwa pertanian organik merupakan solusi pertanian ramah lingkungan yang adaptif terhadap perubahan iklim.
Menurutnya, praktik ini tidak hanya memberikan nilai tambah bagi petani, tetapi juga membuka peluang ekspor yang lebih luas karena permintaan pasar internasional terhadap beras organik terus meningkat.
Sementara itu, Nurul Qomariyah, Kepala BBPP Ketindan yang sekaligus sebagai Plt. Sekretaris BPPSDMP menyampaikan bahwa panen ini menjadi bukti nyata bahwa pertanian organik dapat memberikan nilai tambah signifikan.
“Kita ingin membuktikan bahwa pertanian sehat tanpa bahan kimia mampu menghadirkan produk bernilai ekonomi tinggi. Tomat organik ini tidak hanya baik untuk kesehatan, tetapi juga memberikan keuntungan lebih bagi petani. Inilah contoh bahwa inovasi dan teknologi ramah lingkungan harus terus kita dorong,” ungkapnya.
Selain sebagai produk komersial, budidaya tomat organik ini juga dijadikan wahana pembelajaran bagi masyarakat, siswa, mahasiswa, maupun pegawai yang ingin mempelajari praktik pertanian ramah lingkungan. Dengan demikian, BBPP Ketindan tidak hanya menghasilkan produk bernilai ekonomi, tetapi juga berkontribusi dalam mencetak generasi muda pertanian yang peduli pada kesehatan dan keberlanjutan. Laila Nuzuliyah/Dewi Melani*
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com