Telp/Fax 0341-927123 / 429725

|

Penyuluh Kabupaten Banyuwangi Dorong Petani Percepat LTT

Najia
Apr 25, 2025

Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, menjadi salah satu wilayah yang aktif mendukung gerakan nasional Luas Tambah Tanam (LTT). Gerakan ini bertujuan meningkatkan indeks pertanaman (IP) dengan menambah luasan tanam pada musim tanam (MT) II dan III, terutama pada tahun berjalan.

Penyuluh pertanian lapangan (PPL) di Rogojampi menjadi ujung tombak keberhasilan program ini. Mereka mendorong, mendampingi, mencatat, dan melaporkan setiap progres tanam yang dilakukan oleh petani binaannya. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa peran penyuluh merupakan ujung tombak dalam keberhasilan program ketahanan dan swasembada pangan.

“Penyuluh adalah penggerak utama di lapangan. Mereka yang mendampingi petani, memastikan tanam terjadi, dan melaporkan capaian secara real-time. Dukungan dan penguatan peran mereka adalah prioritas kami,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, turut menekankan pentingnya fungsi koordinatif dan kolaboratif yang dijalankan oleh penyuluh. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan swasembada pangan sangat bergantung pada kecepatan aksi di lapangan serta keakuratan data yang dilaporkan.

“Setiap penyuluh memiliki peran strategis bukan hanya dalam mendampingi petani, tetapi juga menjadi penghubung langsung antara kebijakan pusat dan implementasi teknis,” tegasnya.

Feby Cahayaningrum, salah satu PPL Rogojampi, selalu berusaha untuk melakukan pendampingan dan pelaporan kegiatan bersama petani tepat waktu. Ia bertugas di Desa Mangir dan Desa Kedaleman.

“Kami tidak hanya menyampaikan informasi kepada petani, tetapi juga ikut turun ke sawah, mencatat luasan tanam harian, bahkan mendampingi pengolahan lahan,” ujar Feby saat ditemui usai melakukan pengecekan tanam padi di Desa Kedalaman, Rabu (23/04/2025).

Menurutnya, tugas penyuluh di era modern bukan lagi sekadar menyuluh di balai desa atau menyampaikan teknologi, tetapi benar-benar menjadi mitra petani dalam proses produksi.

“Kami ini penyuluh lapangan, bukan penyuluh ruangan,” katanya sambil tersenyum.

Gerakan LTT menuntut kecepatan, ketepatan data, dan kerja kolaboratif. Dan penyuluh dituntut mampu membina kelompok tani agar bisa menyesuaikan waktu tanam, mempercepat pengolahan lahan, serta menggunakan air secara efisien. Penyuluh juga ditugasi untuk mencatat setiap capaian tanam harian dan melaporkannya melalui aplikasi Pelaporan LTT dari Kementan.

Salah satu petani yang merasakan manfaat dari bimbingan penyuluh adalah Gufron, petani padi dari Desa Kedaleman.

“Saya merasa terbantu sekali. Kalau tidak ada teman-teman penyuluh, mungkin saya masih bingung soal waktu tanam dan jenis pupuk yang cocok,” ujar Gufron.

Ia mengaku semangatnya meningkat karena didampingi langsung dan merasa usahanya dihargai.

Dalam satu bulan terakhir, Rogojampi berhasil mencatat penambahan luas tanam seluas 626 hektare. Angka ini merupakan hasil kolaborasi antara petani, penyuluh, dan perangkat desa yang ikut mengawal program LTT. Di lapangan, para penyuluh juga melakukan validasi langsung. Mereka mengukur petak sawah, mencatat koordinat, dan memverifikasi data visual melalui dokumentasi foto sebagai bukti pelaporan.

Data dari BPP Rogojampi menunjukkan peningkatan signifikan luas tanam dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Bahkan, ada kelompok tani di desa Gladag dan Kedaleman berhasil tanam padi empat kali dalam setahun (IP 400).

Hal ini tak lepas dari keaktifan penyuluh dan dibantu oleh Babinsa dalam melakukan sosialisasi dan edukasi sejak awal musim.

Similar Post