PACITAN – Semangat gotong royong dan kemandirian ekonomi dijunjung tinggi melalui pertemuan Gapoktan Sri Rejeki Desa Pelem, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Senin (5/5) lalu. Acara tersebut menjadi ajang sosialisasi pembentukan Koperasi Merah Putih yang digagas sebagai wadah penguatan ekonomi petani berbasis desa. Sosialisasi ini berlangsung di balai desa Pelem dan dihadiri oleh berbagai unsur seperti Kepala Desa Pelem, Penyuluh Pertanian, Ketua Gapoktan Sri Rejeki, serta perwakilan dari sejumlah kelompok tani aktif di Desa Pelem.
Penguatan ekonomi perdesaan melalui Koperasi Merah Putih sejalan dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman yang menjelaskan bahwa kehadiran Koperasi Desa Merah Putih dapat memberikan manfaat, salah satunya mengatasi permasalahan praktik tengkulak (middleman) yang mengambil keuntungan dari distribusi bahan pokok tersebut.
”Middleman mengambil keuntungan sembilan bahan pokok itu Rp313 triliun. Ini pemerintah membangun sistem yaitu solusi permanen, setiap desa satu koperasi. Cantik kan? Ini nanti motor penggeraknya termasuk PT Pos Indonesia,” jelasnya.
Hal yang sama disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Idha Widi Arsanti. Santi mengakui, di lapangan ketergantungan petani terhadap tengkulak masuh cukup tinggi. Misalnya, ada hutang saprodi, membantu biaya sekolah dan biaya lainnya.
“Jadi memang tidak mudah untuk memutus mata rantai tersebut. Tapi sedikit demi sedikit akan bisa berkurang,” harapnya.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kepala Desa Pelem, Jarno, dalam sosialisasi pembentukan Koperasi Merah Putih, mengungkapkan, latar belakang pendirian koperasi ini akan fokus pada penguatan sistem distribusi sarana produksi pertanian, pembiayaan ringan bagi petani, serta pengelolaan hasil panen agar nilai tambahnya dapat dinikmati langsung oleh petani.
“Petani kita butuh pegangan yang kuat, bukan hanya soal pupuk atau benih, tapi juga kelembagaan yang bisa memberi rasa aman dan kejelasan usaha. Koperasi inilah jawabannya,”ungkap Jarno
Ia menilai inisiatif ini sejalan dengan arah pembangunan desa yang menempatkan petani sebagai ujung tombak penggerak ekonomi lokal.
“Kalau petani kuat, desa juga kuat. Melalui koperasi, kita bisa atur perputaran uang dan hasil tani supaya tidak lari ke luar desa. Ini momentum penting untuk kita semua,” imbuh Jarno.
Penyuluh pertanian, Dya Ismaya, turut memberikan pemahaman latar belakang koperasi merah putih dan peran penyuluhan dalam mendampingi transformasi kelembagaan tani. Ia menekankan bahwa koperasi bukan hanya wadah simpan-pinjam, melainkan alat perjuangan ekonomi petani yang dikelola secara profesional dan akuntabel.
“Koperasi Merah Putih ini jangan hanya jadi nama, tapi harus hidup. Harus ada transparansi, kepercayaan, dan manajemen yang kuat. Kami dari penyuluhan siap mendampingi,” tutur Dya Ismaya.
Ketua Gapoktan Sri Rejeki Desa Pelem, Misgirin, juga menyatakan dukungan penuh terhadap rencana pembentukan koperasi ini.
Sementaranitu anggota kelompok petani yang hadir juga menyambut positif gagasan pembentukan koperasi ini. Mispan, salah satu petani Desa Pelem, mengaku antusias dengan ide koperasi karena selama ini petani merasa berjalan sendiri tanpa dukungan sistem yang berkelanjutan.
“Kami sering bingung mau jual gabah ke mana yang harganya stabil, harganya naik turun. Kalau koperasi bisa beli hasil kami dengan harga layak seperti standar Bulog saat ini, itu luar biasa,” harap Mispan. Dya Ismaya/Asep Koswara*
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com