MALANG – Kelompok Tani (Poktan) Amason, di Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, memanfaatkan botol bekas sebagai upaya untuk menghijaukan lahan pekarangan. Seluruh anggota Poktan Amason, melakukan penataan ulang kebun agar lebih rapi, estetik, dan fungsional. Kegiatan ini tak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga membawa semangat baru untuk edukasi generasi muda.
Ketua Poktan Amason, Khalimah, mengungkapkan bahwa kegiatan ini berawal dari keprihatinan terhadap banyaknya sampah plastik, terutama botol air mineral yang berserakan di sekitar lahan pertanian.
”Daripada botol dibuang begitu saja, maka kita manfaatkan untuk mempercantik kebun dengan menyulapnya menjadi pot-pot kecil yang disusun rapi di pagar-pagar kebun. Tak hanya digunakan sebagai pot, beberapa botol juga dimodifikasi menjadi alat penyiram dan wadah pupuk organik cair. Dan memanfaatkan sampah organik sekitar lahan sebagai kompos. Kita tunjukkan bahwa berkebun bisa dimulai dari hal sederhana dan murah,” jelas Khalimah, pada Sabtu (07/07) lalu.
Penyuluh pertanian lapangan yang mendampingi Poktan Amason, Suci Arini, menyambut positif inisiatif ini. Menurutnya, selain ramah lingkungan, kegiatan ini juga menumbuhkan jiwa gotong royong dan meningkatkan semangat anggota kelompok.
“Ini bisa jadi percontohan untuk lingkungan sekitar. Kreatif, partisipatif, dan bernilai edukatif,” kata Suci.
Suci juga menjelaskan bahwa pendekatan agroedukatif seperti ini bisa memperluas manfaat pertanian bagi masyarakat sekitar.
“Kebun yang tertata dan bersih bisa jadi ruang belajar. Apalagi kalau bisa menarik perhatian anak-anak usia dini,” tambahnya.
Rencana ke depan, Poktan Amason menjadikan kebun tersebut sebagai sarana edukasi bagi anak-anak PAUD dan TK di sekitar desa. Anak-anak akan diajak mengenal dunia pertanian dengan berbagai jenis tanaman sayuran, mulai dari cara menanam, menyiram, hingga memanen. Hal ini diharapkan membawa dampak positif untuk regenerasi dunia pertanian.
“Cita-cita kami sederhana. Kami ingin anak-anak sejak dini mencintai alam, mengenal tanaman sayur, dan belajar bahwa makanan sehat berasal dari tanah yang mereka pijak. Dan yang penting juga bisa meregenerasi di dunia pertanian,” ujar Ibu Khalimah.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengatakan generasi muda adalah ujung tombak kemajuan Indonesia.
“Sekarang generasi muda adalah generasi yang harus kita persiapkan untuk mengawal Indonesia menjadi negara emas. 20 tahun kemudian mereka yang akan memimpin republik ini. Kita harapkan mereka lebih baik dan lebih hebat dari kita,” ujarnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menyebut petani-petani yang ada saat ini sudah semakin tua.
“Sedangkan kebutuhan pangan tidak semakin sedikit. Itulah pentingnya mendorong regenerasi petani, yang tentunya akan menyokong ketahanan pangan,” kata Santi.
Suci Arini selaku penyuluh yang mendampingi Poktan Amason, menekankan bahwa edukasi pertanian sejak dini sangat penting.
“Anak-anak sekarang lebih dekat dengan gawai daripada tanah. Lewat kegiatan ini, mereka bisa bersentuhan langsung dengan alam dan belajar proses tumbuhnya tanaman sayur, dengan harapan mereka akan memahami bagaimana proses sayur bisa sampai dimeja makan sehingga lebih menghargai makanan dan pada akhirnya suka makan sayur, ” jelasnya.
Poktan Amason berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi warga sekitar. Mereka percaya bahwa inovasi kecil bisa berdampak besar jika dilakukan secara bersama dan konsisten. Kedepannya, proyek ini dirancang dengan tambahan sudut baca di kebun, dengan rak buku mini bertema pertanian anak-anak.
“Kami ingin anak-anak bisa membaca buku sambil melihat langsung tanaman yang disebutkan di buku,”pungkas Khalimah. Suci Arini/Asep Koswara*
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com