Telp/Fax 0341-927123 / 429725

|

Sinergi Petani, Penyuluh dan POPT Jember Kendalikan Ledakan Hama

Yeniartha
Jun 01, 2025

JEMBER – Ancaman serangan hama Wereng Batang Cokelat (WBC) yang mulai mengintai tanaman padi di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember, Jawa Timur disikapi dengan tindakan cepat.

Pada akhir pekan ini (30/05) petani setempat bersama penyuluh pertanian dan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) menggelar Gerakan Pengendalian (Gerdal) secara serempak di area seluas 7 hektar.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa peran penyuluh merupakan ujung tombak dalam keberhasilan program ketahanan dan swasembada pangan.

“Penyuluh adalah penggerak utama di lapangan. Mereka yang mendampingi petani, memastikan tanam terjadi, dan melaporkan capaian secara real-time. Dukungan dan penguatan peran mereka adalah prioritas kami,” ujar Mentan Amran.

Mentan Amran juga menambahkan peran penting penyuluh dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Ia mengungkapkan bahwa sejumlah negara, seperti Malaysia, Filipina, dan Jepang, saat ini tengah mengalami krisis pangan akibat menurunnya produktivitas, dan mulai belajar ke Indonesia.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti turut menekankan pentingnya fungsi koordinatif dan kolaboratif yang dijalankan oleh penyuluh. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan swasembada pangan sangat bergantung pada kecepatan aksi di lapangan serta keakuratan data yang dilaporkan.

Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sukorejo, Didik Hartono, mengatakan bahwa serangan WBC mulai terdeteksi dua minggu sebelumnya. Kondisi cuaca lembab dan jenis varietas padi yang ditanam menjadi faktor utama rentannya serangan.

“Kami tidak mau ambil risiko. Kalau dibiarkan bisa menyebar ke seluruh blok sawah. Karena otu kami sambut baik gerdal WBC ini,” tegasnya.

Gerdal dilakukan secara sistematis, diawali dengan briefing teknis oleh Wahyu Indra Suseno, POPT Sukowono, yang menekankan pentingnya pengamatan dini.

“WBC ini berkembang sangat cepat. Sekali terlambat, dampaknya bisa merata. Karena itu, penyemprotan kami lakukan secara selektif di lahan terdampak,” tegas Wahyu.

Dalam pelaksanaannya, penyemprotan menggunakan pestisida yang direkomendasikan instansi teknis dengan dosis aman dan efektif. Selain itu, disosialisasikan pula penggunaan pestisida nabati guna mendukung prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Sri Windari, penyuluh pertanian Desa Sukorejo, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata pendampingan berkelanjutan.

“Kami tidak hanya hadir saat tanam dan panen. Ketika ada ancaman seperti ini, kami turun langsung. Ini bagian dari komitmen kami,” ujarnya.

Ia juga mendorong petani untuk melakukan pengamatan rutin dan mencatat gejala serangan hama sebagai bahan diskusi dalam pertemuan kelompok tani. Hal ini diyakini akan mempercepat pengambilan keputusan pengendalian dan meningkatkan kesadaran kolektif.

Usai penyemprotan, tim melakukan evaluasi lapangan dan akan memonitor perkembangan dalam tujuh hari ke depan. Jika diperlukan, pengendalian susulan akan dilakukan dengan pendekatan yang lebih selektif dan ramah lingkungan.

Gerakan ini tidak hanya berdampak langsung pada penurunan populasi hama, tetapi juga meningkatkan kapasitas petani dalam mengelola lahannya secara mandiri d an berkelanjutan.

Gerdal WBC di Sukorejo menjadi contoh bagaimana respons cepat dan kolaborasi antarsektor dapat mencegah kerugian lebih besar dalam sektor pertanian. Sri Windari/Asep Koswara*

Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com

Similar Post