Telp/Fax 0341-927123 / 429725

|

Tingkatkan Produktivitas Pertanian dan Jaga Ekosistem Alam, Petani Kabupaten Lumajang Terapkan Rubuha

Aulia
May 07, 2025

LUMAJANG – Kelompok Tani (Poktan) Tani Makmur di Desa Purwosono, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, mulai menerapkan pendekatan ramah lingkungan dalam pengendalian hama tikus dengan memasang rumah burung hantu (Rubuha) di lahan pertanian mereka. Langkah ini merupakan bagian dari upaya peningkatan produktivitas pertanian sekaligus menjaga ekosistem alami.

Program ini juga menjadi bagian dari kampanye pertanian berkelanjutan yang digagas oleh Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang. Selain rumah burung hantu, petani juga mendapatkan pelatihan tentang cara identifikasi musuh alami hama dan teknik pengendalian hayati lainnya.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan pemerintah telah berkomitmen untuk berpihak kepada petani, termasuk mendampingi petani saat mengalami masalah serangan OPT.

“Produksi padi tidak boleh terganggu oleh serangan OPT ataupun dampak perubahan iklim”, ujar Menteri Amran.

Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti mengatakan dalam upaya pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman, peran penyuluh dan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) sangatlah penting.

Koordinator penyuluh pertanian Kecamatan Sumbersuko, Juwariyah, menjelaskan bahwa pemasangan Rubuha dilakukan sebagai solusi jangka panjang untuk menekan populasi tikus sawah yang selama ini menjadi momok bagi petani.

“Burung hantu adalah predator alami tikus. Dengan menyediakan tempat tinggal untuk burung hantu, kita berharap populasinya meningkat dan membantu mengendalikan tikus secara alami tanpa bahan kimia,” ujar Juwariyah saat mendampingi kegiatan pemasangan Rubuha di area persawahan Poktan Tani Makmur, Rabu (07/05/2025).

Sementara itu petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Sumbersuko, Winarno, menambahkan bahwa pendekatan ini tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga lebih ekonomis dibandingkan penggunaan rodentisida secara terus-menerus.

“Setiap ekor burung hantu bisa memangsa 5 sampai 8 ekor tikus setiap malam. Jika kita punya beberapa burung hantu aktif di satu kawasan, potensi serangan tikus bisa ditekan drastis,” terang Winarno.

Ia menambahkan, keberhasilan program ini bergantung pada keterlibatan petani dalam menjaga keberadaan burung hantu dan Rubuha, termasuk tidak melakukan perburuan atau merusak habitat alaminya.

Ketua Poktan Makmur Tani, Lutfi Arif, menyambut baik inisiatif ini. Ia mengaku sudah sejak lama resah dengan gangguan tikus yang kerap menyerang tanaman padi pada fase generatif.

“Tiap musim tanam, kami bisa kehilangan sampai 15 persen hasil panen gara-gara tikus. Harapan kami, dengan rubuha ini, gangguan tikus bisa dikurangi,” kata Lutfi.

Pemasangan tahap pertama dilakukan di lima titik, dan direncanakan akan diperluas hingga mencakup seluruh area pertanian Poktan Makmur Tani yang mencapai lebih dari 20 hektar.

“Pola ini kita arahkan agar petani makin sadar akan pentingnya keseimbangan ekosistem. Kalau kita jaga alam, alam juga bantu kita,” tambah Juwariyah.

Diharapkan dengan sinergi antara penyuluh, POPT, dan petani, upaya pengendalian hama berbasis ekologi ini bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain di Kabupaten Lumajang.

Similar Post