KEDIRI – Penggunaan drone untuk penyemprotan pestisida merupakan bagian dari program modernisasi pertanian di Dinas Pertanian Kabupaten Kediri. Teknologi tersebut diperkenalkan sejak tahun 2023 dan langsung mendapatkan respons positif dari petani setempat.
Desa Tugu, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri, Jawa Timur kini mencatat kemajuan signifikan dalam budidaya pertanian. Kelompok Tani (Poktan) Dharma Bakti Sejahtera di Desa Tugu mulai memanfaatkan teknologi drone untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman, khususnya pada tanaman padi. Inovasi ini diharapkan mampu meningkatkan efektivitas pengendalian serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Menteri Pertanian (Mentan) RI, Andi Amran Sulaiman, dalam berbagai kesempatan menyampaikan bahwa transformasi digital di sektor pertanian harus dipercepat.
“Kita butuh petani cerdas, teknologi cerdas, dan sistem pertanian yang terintegrasi secara digital agar Indonesia mampu bersaing secara global,” tegas Mentan Amran.
Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengatakan dengan penerapan teknologi cerdas dalam pertanian, diharapkan para petani dapat mengoptimalkan hasil panen, mengurangi kerugian akibat faktor cuaca, serta memanfaatkan sumber daya alam secara lebih efisien.
Menurut Wahyu, penyuluh pertanian di Desa Tugu, penggunaan drone sangat membantu petani dalam mengatasi permasalahan serangan hama.
“Dulu, penyemprotan dilakukan manual, memakan waktu dan tenaga. Sekarang dengan drone, satu hektare sawah bisa disemprot hanya dalam 15 hingga 20 menit,” ujarnya.
Wahyu menjelaskan bahwa efektivitas drone bukan hanya dari sisi waktu, tetapi juga pada penyebaran pestisida yang lebih merata dan tepat sasaran. Hal ini mengurangi pemborosan bahan kimia dan menurunkan risiko paparan langsung terhadap petani.
Koordinator penyuluh Kecamatan Purwoasri, Mokhamad Riduwan, menegaskan bahwa teknologi drone menjadi bagian dari upaya transformasi pertanian menuju era digital.
“Kami mendukung penuh kelompok tani yang siap berinovasi. Drone ini bukan sekadar alat, tapi simbol perubahan cara bertani,” katanya.
Pelatihan pengoperasian drone telah diberikan kepada para petani dari Kelompok Tani Dharma Bakti Sejahtera Rabu (14/05/2025). Pelatihan mencakup aspek teknis penggunaan, kalibrasi alat, hingga keamanan saat pengendalian hama berlangsung. Kegiatan ini melibatkan tim teknis dari penyedia drone dan difasilitasi oleh penyuluh pertanian setempat.
Ketua Kelompok Tani Dharma Bakti Sejahtera, Djumadi, mengungkapkan rasa antusiasnya terhadap teknologi ini.
“Awalnya kami ragu. Tapi setelah coba, ternyata sangat membantu. Sawah kami bisa ditangani lebih cepat dan tidak capek lagi angkut alat semprot,” katanya.
Djumadi juga mengapresiasi peran penyuluh dalam mendampingi proses adaptasi teknologi tersebut. Menurutnya, penyuluh tidak hanya memberi arahan, tetapi juga terjun langsung saat praktik lapangan.
Dalam beberapa bulan terakhir, intensitas serangan hama wereng batang cokelat (WBC) meningkat akibat cuaca lembab. Penggunaan drone terbukti mampu menekan penyebaran hama secara lebih efisien dibandingkan metode konvensional.
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri mencatat, sejak diterapkan pada Januari 2025, teknologi drone telah digunakan di lebih dari 25 hektare lahan di Desa Tugu. Evaluasi awal menunjukkan adanya penurunan serangan hama sebesar 30 persen.
Selain efisiensi dan efektivitas, drone juga dinilai lebih ramah lingkungan. Karena semprotan lebih terarah, pestisida yang menguap ke udara bisa dikurangi. Ini berdampak pada kesehatan lingkungan dan keselamatan petani.
Program ini juga membuka peluang kerja baru di bidang pertanian digital. Beberapa petani muda di desa tersebut kini mulai belajar menjadi operator drone, membuka peluang usaha jasa pertanian berbasis teknologi.
Teknologi ini juga memungkinkan pencatatan digital terhadap lahan yang telah disemprot. Dengan aplikasi yang terintegrasi, penyuluh dan petani bisa memantau perkembangan tanaman secara lebih akurat. Koordinasi antara kelompok tani, penyuluh, dan dinas terkait menjadi pondasi utama keberhasilan inovasi ini. Setiap kegiatan pengendalian dicatat dan dilaporkan sebagai bagian dari sistem pemantauan Luas Tambah Tanam (LTT).
Kehadiran drone juga menginspirasi petani muda untuk kembali tertarik ke dunia pertanian.
“Sekarang bertani tidak harus capek dan kotor. Dengan teknologi, kita bisa tetap modern dan produktif,” kata Eko, petani muda peserta pelatihan. Wahyu/Asep Koswara*
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com