Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 270 juta jiwa rakyat Indonesia dan menjamin ketersediaan pangan di Bulan Ramadhan, Kementerian Pertanian terus melakukan beberapa langkah stategis.
Diantaranya dengan gerakan percepatan tanam untuk meningkatkan produksi beras nasional ditengah adanya isu El Nino.
Penyuluh pertanian dan POPT di BPP Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, bekerjasama dengan petani dalam pengamatan hama padi di fase generatif tanaman padi. Pengamatan dilakukan di Poktan Maju Makmur, Desa Seboropasar, Kecamatan Ngombol. Memasuki fase generatif umur tanaman 70-80 HST ternyata ditemukan adanya serangan beluk.
Penggerek batang padi adalah salah satu hama yang paling sering menyerang tanaman padi dengan intensitas serangan sampai 90%. Hama ini menyerang tanaman padi pada berbagai fase pertumbuhan mulai dari fase vegetatif sampai generatif. Gejala yang ditimbulkan dari serangan hama penggerek batang secara umum ada 2 jenis, yaitu sundep dan beluk.
Sebagai antisipasi ledakan hama penggerek batang, Poktan Maju Makmur didampingi penyuluh dan POPT Kecamatan Ngombol, serta Pemerintah Desa Seboropasar, melaksanakan gerakan pengendalian (gerdal) hama penggerek batang padi di lahan Poktan Maju Makmur.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, dalam berbagai kesempatan, mengatakan bahwa menjaga ketahanan pangan sama halnya dengan menjaga ketahanan negara. Untuk itu, peningkatan produksi pertanian harus terus dilakukan guna memperkuat ketahanan negara serta pangan nasional.
“Sinergi dan kolaborasi antar kementerian, pemerintah provinsi hingga kabupaten dan desa, terus diperkuat untuk meraih hasil maksimal,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi turut menghimbau agar insan Kementerian Pertanian mengajarkan petani mengantisipasi serangan hama dengan mengenali organisme pengganggu tanaman (OPT).
“Hama dan penyakit memicu kerusakan tanaman, akibatnya produktivitas menurun hingga gagal panen, maka hama dan penyakit perlu dikendalikan apabila populasinya melampaui ambang ekonomi”. sebut Dedi.
POPT Kecamatan Ngombol Muh. Rifki Pradana, mengatakan serangan yang terjadi di lahan kelompok tani masih dalam taraf aman dengan intensitas serangan 2%.
“Gejala serangan pada fase generatif menyebabkan malai muncul putih dan hampa dengan kerugian hasil yang disebabkan setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1,2%. Kerugian yang besar terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan saat tanaman bunting,”jelas Rifki.
Kegiatan gerdal yang difasilitasi BPP Ngombol ini menggunakan insektisida secara bijaksana. Yang dilanjutkan dengan penyuluhan tentang gejala serangan, morfologi hama penggerek batang dan strategi pengendalian hama penggerek batang padi.
Koordinator PPL Kecamatan Ngombol, Woro berharap semoga dengan adanya pengendalian hama pada pertanaman padi dapat menekan jumlah polulasi perkembangan hama sehingga pertumbuhan padi dapat berkembang dengan baik untuk menghasilkan produksi yang maksimal dan dapat menjaga ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. YNI/BKT