JEMBRANA – Penyuluh pertanian dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Negara beserta Koordinator Penyuluh Pertanian Kabupaten melakukan kegiatan pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) padi di Subak Yeh Anakan, Desa Banyu Biru, Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya preventif untuk meminimalkan potensi serangan hama dan penyakit pada tanaman padi yang sedang memasuki fase bunting hingga berbunga.
Peran perlindungan tanaman dari gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) sebagai bagian integral persyaratan perdagangan antar negara akan menjadi perhatian pemerintah dan pelaku agribisnis. Apabila penanganan kegiatan perlindungan tanaman tidak efektif dan tidak tepat dapat mengakibatkan produktivitas nasional menurun, ketahanan pangan goyah, serta penurunan devisa negara dari ekspor produk-produk pertanian.
Langkah ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, untuk menjaga kualitas mutu hasil panen. Ia juga menegaskan, bahwa pertanian adalah sektor penting yang harus mendapatkan perhatian bersama. Untuk itu, Mentan mengajak semua pihak untuk sama-sama menjaga serta memajukan pertanian.
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengatakan dalam upaya pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman, peran penyuluh dan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) sangatlah penting.
Sementara itu di Subak Yeh Anakan, pengamatan OPT dilakukan oleh penyuluh dan petugas POPT bersama dengan petani anggota subak pada Jumat (11/4/2025). Secara bersamaan kegiatan langsung ke sawah, dan penyuluh mulai mengamati kondisi fisik tanaman, memeriksa adanya gejala serangan OPT, serta mencatat data intensitas dan luas serangan.
Dari hasil pengamatan di lahan seluas 50 are, terdeteksi OPT yang dominan menyerang yaitu penggerek batang padi, dengan intensitas serangan yaitu 24,8 % tergolong intensitas serangan ringan dan masih di bawah ambang pengendalian namun perlu diwaspadai. Tampak kondisi tanaman padi juga mengalami gejala asem-aseman karena pH tanah tergolong asam dari hasil pengecekan pH tanah, dengan rata-rata pH tanah yaitu 5.
Dewa Darmayasa selaku penyuluh yang mendampingi petani, memberikan penjelasan langsung kepada petani tentang gejala khas serangan OPT serta dampak yang bisa ditimbulkan apabila tidak segera dikendalikan.
Ia juga melakukan demonstrasi cara pengambilan sampel OPT secara acak di petak sawah, termasuk cara menghitung populasi hama dan menentukan ambang batas pengendalian. Hal ini dilakukan agar petani dapat melakukan identifikasi dan tindakan pengendalian secara mandiri di lahan mereka.
”Selain pengamatan, kami juga mengedukasi petani mengenai prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida yang bijak, serta pentingnya rotasi varietas dan sanitasi lahan. Dan kami sarankan juga agar petani menjaga jarak tanam dan sistem irigasi yang baik guna mencegah perkembangan OPT yang disukai oleh kondisi lembab. Serta perlunya penambahan pupuk organik maupun kapur di lahan yang pH nya tergolong asam,”jelas Dewa.
Kegiatan ini mendapat sambutan baik dari petani Subak Yeh Anakan yang turut melakukan pengamatan. Mereka mengaku terbantu dengan informasi teknis yang diberikan dan berharap kegiatan semacam ini dapat dilakukan secara berkala.
I Gusti Ngurah Suasana selaku Kelian Subak Yeh Anakan menyampaikan apresiasi kepada penyuluh dan petugas POPT. Ia berharap agar pendampingan dari BPP terus berlanjut, terutama menjelang panen.
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana dalam menjaga ketahanan pangan dan meningkatkan produktivitas pertanian di tingkat subak. Asep/Dewa Darmayasa*
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com