Telp/Fax 0341-927123 / 429725

|

Melalui SID, Optimasi Lahan Non Rawa Siap Diwujudkan Untuk Pertanian Berkelanjutan

Yeniartha
Apr 24, 2025

JOMBANG – Upaya pemerintah dalam meningkatkan produktivitas pertanian terus dilakukan, salah satunya melalui program Optimasi Lahan Non Rawa. Di Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, pelaksanaan tahap awal melalui Survei Investigasi dan Desain (SID) resmi dimulai pada Senin (21/04/2025), tepatnya di wilayah kerja Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Turipinggir. Kegiatan ini terdiri dari unsur Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Babinsa, petani anggota Gapoktan, serta tim teknis dari Universitas Brawijaya.

Tujuan utama SID adalah mengidentifikasi potensi dan permasalahan lahan non rawa yang selama ini kurang optimal pemanfaatannya. Hasil survei nantinya akan dijadikan dasar untuk merancang pembangunan infrastruktur pendukung seperti saluran irigasi, jalan usaha tani, dan pematang.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyatakan dukungannya yang kuat terhadap inovasi dan kemajuan pertanian untuk mencapai swasembada pangan. Mentan Amran menekankan pentingnya teknologi dan mekanisasi pertanian, serta kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri.

Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDM) Idha Widi Arsanti, mengatakan, Kementerian Pertanian sangat berbangga bahwa ternyata banyak inovasi yang terus dikembangkan untuk kemajuan pertanian.

“Di era digital ini, inovasi teknologi pelatihan pertanian akan semakin cepat dan efektif dalam menjangkau sumber daya manusia secara luas”, kata Santi.

Fitri Aini Azmi, penyuluh pertanian Kecamatan Megaluh, menjelaskan bahwa SID bukan sekadar formalitas, melainkan proses teknis yang penting dalam perencanaan program pembangunan pertanian.

“Dari SID inilah kita bisa mengetahui kondisi lahan secara detail, termasuk aspek fisik, teknis, dan sosial-ekonominya,” ujarnya.

Koordinator Penyuluh Kecamatan Megaluh, Bindari Insiyah, mengungkapkan tentang keterlibatan Universitas Brawijaya sangat membantu dalam akurasi data.

“Tim dari Universitas Brawijaya punya pengalaman teknis dan ilmiah yang sangat mumpuni. Kita berharap hasil SID ini bisa menghasilkan desain pembangunan yang efektif dan efisien. SID juga mengidentifikasi potensi masalah seperti genangan air, lahan yang sering kekeringan, dan titik rawan erosi. Semua data itu dikumpulkan dan akan dipetakan dalam sistem informasi geospasial,” ungkap Bindari.

Sementara itu, dari hasil pengukuran awal, luas lahan yang teridentifikasi dalam SID di Gapoktan Turipinggir mencapai sekitar 49 hektare. Sebagian besar merupakan lahan sawah tadah hujan yang selama ini hanya bisa ditanami satu kali dalam setahun.

Muslimin, salah satu petani senior dari Gapoktan Turipinggir, mengaku sangat antusias dengan kegiatan ini.

“Kami sudah lama berharap ada perbaikan saluran air. Kalau bisa panen dua kali saja, penghasilan kami bisa bertambah banyak,” kata Muslimin.

Ia menambahkan, selama ini petani hanya mengandalkan aliran air dari curah hujan dan rembesan dari lahan lain. Hal ini membuat hasil panen tidak maksimal dan kadang-kadang gagal saat musim kemarau panjang.

Sementara itu menurut Babinsa setempat, Serda Zanuar Ristianto, sebagai pendamping petani dan penyuluh di Desa Turipinggir, peran Babinsa dalam kegiatan seperti ini adalah memastikan keterlibatan aktif petani serta menjaga kelancaran dan keamanan kegiatan lapangan.

“Kami ikut mendampingi dari awal agar kegiatan ini benar-benar menyentuh masyarakat. Kalau ada masalah di lapangan, kami bisa bantu fasilitasi,” ucap Serda Zanuar. Asep Koswara/Fitri Aini*

Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com

Similar Post