Pembangunan pertanian berkelanjutan menjadi hal utama yang perlu dipikirkan diantaranya adalah peningkatan produksi, peningkatan kualitas, meningkatkan intensitas pertanaman, serta berbudidaya yang ramah lingkungan dengan tujuan akhir mensejahterakan petani atau pelaku pertanian. Petani Indonesia tidak boleh tertinggal karena banyak inovasi teknologi dan mekanisasi yang dibuat untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Tembakau merupakan salah satu unggulan komoditi pertanian di Provinsi Jawa Timur. Tidak hanya itu, ternyata tanaman tembakau juga memiliki peluang ekspor yang tinggi dan merupakan salah satu komoditas yang penting dalam meningkatkan aspek ekonomi dan sosial masyarakat.
Di Kabupaten Gresik, tembakau sudah mulai ditanam sejak tahun 2005. Lokasinya berada di Kecamatan Balongpanggang dan Kecamatan Benjeng, dengan luasan lahan awal 2-5 Ha. Kala itu, petani tembakau masih menanam tembakau varietas lokal dan kualitasnya masih rendah karena ditanam secara tradisional dan bersifat turun-temurun. Berkat kegiatan demplot serta penumbuhan dan pengembangan tembakau di Kabupaten Gresik, saat ini luas lahan telah mencapai ± 170,5 Ha. Embrio inilah yang kemudian dibawa dan diterapkan di Pulau Bawean, sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 135 kilometer sebelah utara Kota Gresik.
Dinas Pertanian Kabupaten Gresik yang bekerja sama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan kemudian melaksanakan Kegiatan Sekolah Lapang Tanaman Tembakau sejak April 2024 sebagai wujud pengembangan tembakau di walayah Pulau Bawean. Melalui riset dan penjajakan pada tahun 2024 terpilihlah 12 titik penumbuhan tanaman tembakau di Pulau Bawean yang tersebar di 2 (dua) kecamatan yaitu di Sangkapura dan Tambak, yang terdiri dari Gapoktan Daun, Gapoktan Sungairujing, Gapoktan Gunung Teguh, Poktan Sungai Raya, Gapoktan Dekat Agung, Poktan Sawah Ruji, Gapoktan Diponggo, Poktan Pamonga, Poktan Pabulakan, Gapoktan Pekalongan, Poktan Pajinggahan, dan Poktan Kampung Baru.
Dengan adanya tanaman tembakau yang dibudidayakan di Pulau Bawean ini diharapkan mampu menarik minat masyarakat untuk bisa mengolah lahan produktif yang ada dan pastinya mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Melalui sekolah lapang, kegiatan ini bertujuan untuk membekali para petani dalam rangka meningkatkan kompetensinya di bidang budidaya dan pengendalian hama terpadu tanaman tembakau.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi mengatakan, Kementan memiliki tanggung jawab yang besar untuk mencukupi kebutuhan pangan bagi 273 juta penduduk Indonesia. Menurutnya, inilah tujuan pertama pembangunan pertanian.
"Tujuan lainnya adalah peningkatan pendapatan petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Dan terakhir peningkatan ekspor komoditas pertanian. Ketiga tujuan ini mustahil berhasil tanpa ditopang oleh SDM yang kompeten," tuturnya.
Sejalan dengan ini, sasaran umum BPPSDMP adalah terwujudnya SDM Pertanian yang profesional, mandiri, berdaya saing, dan berjiwa wirausaha untuk mewujudkan kesejahteraan petani.
Widyaiswara BBPP Ketindan yang melatih pada kegiatan ini, Dewi Melani, mengatakan bahwa kegiatan ini dapat menjadi titik awal para petani tembakau untuk dapat melakukan persiapan bibit, identifikasi hama dan penyakit pada bibit tembakau dan teknik pengendaliannya, serta pengenalan dan teknik aplikasi agens hayati sebagai bahan pengendali OPT yang lebih bersifat aman dan ramah lingkungan sehingga kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan berdaya saing dan dapat diminati oleh pasar baik untuk pemenuhan kebutuhan lokal maupun ekspor.
“Melalui kegiatan ini diharapkan para petani mampu meningkatkan kualitas tembakau karena jika kualitasnya bagus, maka tembakau bisa diterima oleh pasar. Jika penanganan pasca panen tepat, harga tembakau akan bagus sehingga keuntungannya meningkat,”jelas Dewi. YNI/DM