Sektor pertanian memiliki banyak bidang yang membutuhkan komitmen, inovasi, teknologi, dan pemasaran berkelanjutan dari seluruh insan pertanian, khususnya milenial sebagai agen perubahan. Ketersediaan SDM pertanian yang unggul merupakan hal terpenting dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman mengatakan pentingnya peran teknologi pertanian, salah satunya pemanfaatan teknologi smart farming/pertanian digital, hal ini dilakukan untuk menggenjot produktivitas, produksi pertanian.
Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan (BBPP Ketindan) sebagai salah satu UPT Pelatihan di bawah Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), turut berupaya meningkatkan skill, pengetahuan, dan kemampuan. Termasuk dalam meningkatkan SDM para penyuluh, petani, petani milenial, serta masyarakat umum lainnya seperti dari kalangan akademisi maupun pelajar.
Saat ini BBPP Ketindan bekerja sama dengan Korea Selatan dalam pengembangan Smart Farming berupa pembangunan 11 unit smart greenhouse (SGH) yang digunakan untuk budidaya paprika, stroberi, tomat, dan jeruk.
Kepala BBPP Ketindan, Nurul Qomariyah menjelaskan, teknologi tinggi (high tech) yang dipakai di SGH diadopsi dari teknologi yang telah diterapkan di Korea Selatan.
SGH yang telah soft launching pada Juli 2023 lalu, telah beberapa kali panen sepertinstroberi, paprika dan tomat.
"Dan saat ini juga menanam melon di SGH," kata Nurul Qomariyah dalam keterangannya saat kunjungan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan RI) Sudaryono di BBPP Ketindan, Senin (5/8/2024) sore.
Dia menambahkan, bersama dengan Tim Expert Korea Selatan dalam proyek Enhanching Millenial Farmer’s Income by Adopting K-Smart Farm Technologies in Indonesia, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi para petani melalui penyelenggaraan short term training dan long term training.
Dengan keberadaan SGH ini, baik petugas, petani, mahasiswa atau masyarakat umum bisa mempelajari teknologi canggih yang bisa diterapkan jika ingin membudidayakan komoditas premium untuk pasar modern atau pasar ekspor.
Melalui proyek ini, kata Kepala BBPP Ketindan, tidak hanya mempelajari dari segi budidaya dan penanganan hama penyakit saja, namun yang paling penting adalah proses pemasarannya.
Kunjungan kerja Wamentan RI Sudaryono, Senin (5/8/2024) sore ke BBPP Ketindan, dalam rangka peninjauan dan panen melon di smart green house.
Nurul Qomariyah menginformasikan, melon yang ada di BBPP Ketindan meliputi komoditas Earth Melon yang terdiri atas dua varietas yaitu Talent dan N29, kemudian juga melon Korea yaitu Chamsarang.
Ketiga varietas tersebut memiliki kriteria yang berbeda termasuk masa tanam dan rata-rata panennya. Masa tanam Earth Melon 80-90 hari sekali panen dengan rata-rata panen 1 kg/tanaman untuk varietas Talent dan 1,2 kg/tanaman untuk varietas N29.
"Sedangkan masa tanam Chamsarang 65 hari, sekali panen dengan rata-rata panen 1,2 kg per tanaman," ujarnya.
Selain panen melon, Sudaryono juga memberikan arahan dan motivasi kepada para pegawai BPP Ketindan. Turut hadir pula para pejabat Eselon I dan II Lingkup Kementerian Pusat dan Daerah
Dalam kesempatan tersebut, Wamentan mendorong penerapan pertanian modern yang dapat diaplikasikan ke petani dan bisa meningkatkan kesejahteraan. Usai panen melon, Sudaryono menantang pegawai di lingkup BBPP Ketindan untuk mampu berinovasi dan diaplikasikan kepada masyarakat.
"Smart Green House (di BBPP Ketindan) luar biasa. Hasil (buahnya) bagus. Harus bisa membuat serupa dengan diakali agar lebih murah dan efisien, tapi hasilmya tidak kalah dari yang ada ini," ujar pria kelahiran Grobogan, Jawa Tengah ini.
Wamentan mendukung penerapan smart green house karena ramah lingkungan, tampa menggunakan baham kimia seperti pestisida. Cara-cara demikian, menurut Sudaryono, bisa diedukasi ke petani agar menanam dengan cara baik.
Terkait masa depan pertanian buah, Sudaryono menyebut Indonesia mempunyai potensi ekspor buah-buahan ke luar negeri. Dia mencontohkan buah durian yang diekspor ke Thailand. Namun beberapa jenis buah masih terus diperjuangkan agar dapat memenuhi kualitas ekspor.
"Pasar domestik kita besar. Tantangannya untuk ekspor, kita ada masalah standar mutu," ujar dia. (*)