BONDOWOSO – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, melalui Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tangsil menggelar kegiatan Klinik Lapang secara swadaya, yang diikuti oleh puluhan petani dan penyuluh.
Pertemuan ke enam, pada Selasa (6/05/2025) menjadi ajang diskusi interaktif antara petani, penyuluh, dan narasumber dari berbagai lembaga pertanian. Klinik Lapang digelar dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani maupun penyuluh dalam menghadapi permasalahan di lapangan, terutama dalam mendukung program nasional ketahanan pangan, dan program prioritas 100 hari kerja Bupati Bondowoso yaitu Klinik Pertanian, di setiap desa seluruh Kabupaten Bondowoso.
Klinik Pertanian salah satu program prioritas 100 hari Bupati tersebut di laksanakan di setiap kios pupuk bersubsisi atau balai desa, dengan harapan setiap petani yang datang dengan membawa masalah baik pupuk subsidi, serangan OPT tanaman, irigasi, kelembagaan petani, dll, bisa mendapatkan solusi. Klinik pertanian mempunyai filosofi dimana penyuluh pertanian merupakan dokter, kios pertanian adalah apotik, sedangkan petani adalah pasien.
Langkah ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, untuk menjaga kualitas mutu hasil panen. Ia juga menegaskan, bahwa pertanian adalah sektor penting yang harus mendapatkan perhatian bersama. Untuk itu, Mentan mengajak semua pihak untuk sama-sama menjaga serta memajukan pertanian.
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengatakan dalam upaya pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman, peran penyuluh dan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) sangatlah penting.
Koordinator BPP Tangsil, Chuk Sunardi menyampaikan bahwa untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan tersebut, maka di gelar Klinik Lapang BPP Tangsil dan Mitra 2025, sebagai inovasi pendekatan penyuluhan yang fokus pada lahan demplot untuk pembelajaran bersama antara semua penyuluh BPP Tangsil dan ketua-ketua kelompok tani andalan.
”Pada pertemuan ke enam, topik utamanya meliputi pengendalian OPT padi secara organik dan kimia, ekosistem dan musuh alami, teknik pemupukan berimbang dengan perbandingan plot pupuk subsidi dan non subsidi , dan penggunaan varietas padi unggul tahan penyakit dengan perbandingan plot varietas inbrida dan hibrida,” jelas Chuk Sunardi.
Muhlis, salah satu petani peserta, Desa Sukowiryo, mengaku sangat terbantu dengan penjelasan yang disampaikan.
“Biasanya kami bingung kalau tanaman kena serangan hama. Lewat kegiatan ini kami tahu langkah yang harus diambil, termasuk penggunaan pestisida yang sesuai,” katanya.
Selain diskusi, kegiatan juga dilengkapi dengan praktik lapangan di salah satu lahan demonstrasi milik kelompok tani setempat. Peserta diajak mengamati langsung gejala serangan OPT dan menentukan langkah pengendalian yang ramah lingkungan.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari Mitra Formulator pendukung kegiatan. Seperti perusahaan Corteva, DGW (fertilizer dan pestisida), Petrokimia, Bisi Pestisida, Petrosida, M2U.
”Sangat inovatif terobosan BPP Tangsil, sehingga bisa secara swadaya melaksanakan kegiatan dan menggandeng beberapa formulator dengan menyajikan performa terbaiknya setiap plot, bahkan saya meminta dikembangkan di beberapa titik lagi untuk kerjasama demplot pengawalan dalam satu musim tanam,” kata Imam petugas perusahaan Corteva.
”Direncanakan kegiatan tersebut akan di panen ubinan secara simbolis saat Hari Krida Pertanian pada Juni 2025 mendatang, dan selanjutnya akan dikembangan di beberapa tempat dan secara rutin setiap musim tanam. Harapannya, petani di wilayah BPP Tangsil semakin tangguh dan mandiri dalam menghadapi tantangan pertanian modern,” pungkas Chuk Sunardi.
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com