Dalam rangka mendukung peningkatan kapasitas penyuluh pertanian, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan menggelar Diklat Dasar (Diksar) Fungsional bagi Penyuluh Pertanian Terampil. Pelatihan ini digelar dengan menggunakan metode blended learning. Pelaksanaan pelatihan 3 – 24 Juli 2024, dengan pola secara online 3 – 12 Juli 2024 dan dilanjutkan secara offline pada 14- 24 Juli 2024 di BBPP Ketindan.
Pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme SDM dan memberikan wawasan berpikir komprehensif bagi penyuluh pertanian ini diikuti 30 orang penyuluh pertanian PNS berasal dari 4 provinsi yakni Jawa Timur, NTB, Papua Tengah dan Papua Selatan.
Peningkatan kapasitas SDM menjadi salah satu fokus Kementerian Pertanian. Peningkatan SDM yang profesional bisa dilakukan melalui pendidikan, pelatihan vokasi maupun sertifikasi profesi, salah satunya untuk penyuluh, hal ini diungkapkan oleh Plt Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi.
Pasalnya, penyuluh menjadi garda terdepan dalam peningkatan produksi dan produktivitas komoditas yang berdaya saing guna mewujudkan pencapaian swasembada pangan dan penerapan teknologi pertanian yang modern. “Salah satu fokus kita adalah meningkatkan kualitas SDM. Dengan SDM yang berkualitas tersebut, kita akan meningkatkan pertanian,” lanjut Dedi.
Adapun pola pelatihannya, pertama, pembekalan materi dasar, materi inti dan materi penunjang selama 13 hari dengan metode ceramah, diskusi, simulasi, praktik dan penugasan. Kedua, Praktik Kompetensi Penyuluhan Pertanian (PKPP) di wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) selama tujuh hari yang dilanjutkan dengan pemaparan hasil PKPP.
Sementara itu, Kepala BBPP Ketindan, Nurul Qomariyah, mengatakan, agar selama mengikuti pelatihan, semua peserta berjuang untuk meningkatkan daya saing, sehingga memberi dampak yang baik setelah berlatih.
“Kehadiran penyuluh pertanian dan peranan di tengah-tengah masyarakat pertanian sangat dibutuhkan untuk meningkatkan SDM khususnya petani, sehingga mampu mengelola sumber daya alam yang ada secara intensif,” jelas Nurul.
Diterbitkan di lajurpertanian.com