Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai terobosan dalam meningkatkan produksi pangan, khususnya padi. Di antaranya dengan mendorong penerapan model penggabungan antara pertanian dan perikanan, seperti penanaman padi dan ikan atau biasa disebut dengan mina padi.
Penerapan mina padi ini didorong, karena mampu membawa keuntungan ganda bagi petani. Selain dapat menghemat biaya produksi, model pertanian ini juga mampu menggenjot produktivitas dan produksi padi sekaligus meningkatkan nilai tambah dari ikan. Model pertanian ini tengah diterapkan oleh petani di Kota Pasuruan, Jawa Timur.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, dalam berbagai kesempatan, mengatakan bahwa menjaga ketahanan pangan sama halnya dengan menjaga ketahanan negara. Untuk itu, peningkatan produksi pertanian harus terus dilakukan guna memperkuat ketahanan negara serta pangan nasional.
“Sinergi dan kolaborasi antarkementerian, pemerintah provinsi hingga kabupaten dan desa, terus diperkuat untuk meraih hasil maksimal,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengimbau para insan pertanian, utamanya petani, untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan, termasuk dalam menerapkan inovasi model pertanian seperti mina padi.
“Kita tidak boleh tertinggal, karena ilmu dan informasi terus berkembang. Begitu juga terhadap pertanian. Kita sudah tidak bisa menggunakan cara-cara lama. Pertanian sudah harus digarap secara modern untuk mencapai hasil maksimal,”ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Pasuruan, Yudhi Harnendro mengatakan, inovasi mina padi ini sangat baik untuk meningkatkan produksi padi dan ikan.
“Inovasi seperti inilah yang harus kita dukung dan kita kembangkan di berbagai wilayah. Semoga dengan adanya berbagai macam inovasi dan teknologi yang berkembang di Kota Pasuruan, memberi dampak positif untuk meningkatkan hasil produksi dan pendapatan masyarakat,” kata Yudhi dalam keterangannya, Rabu (6/3/2024).
Ditempat terpisah, salah satu Penyuluh pertanian di Pasuruan, Viki Ashari menjelaskan, setidaknya ada tiga keuntungan yang dihasilkan dari sistem mina padi ini. Pertama, untuk biaya penyiangan sudah tidak ada karena tanah tergenang oleh air sehingga tidak tumbuh gulma.
“Kedua, selain panen padi petani juga panen ikan, sehingga hasilnya menjadi 2 kali lipat. Ketiga, dengan sistem ini bisa meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman padi,” kata Viki.
Model pertanian mina padi di Kota Pasuruan ini dikembangkan oleh petani bernama Achmad Zumri, sejak tahun 2023 lalu.
Sebelumnya, Zumri hanya menanam padi, lalu ia kembangkan dengan memelihara ikan jenis nila.
“Setelah dilakukan (menerapkan mina padi) hasil produksi padi bisa lebih meningkat dan penghasilan dari ikan juga lumayan banyak,” ujar Zumri.
Anggota Poktan Tani Baru 1, Kelurahan Kepel, Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan ini menerangkan, hasil panen padi varietas Inpari 4 dengan konsep mina padi per hektarnya berlimpah dibandingkan dengan cara konvensional.
asil panen kali ini mencapai 7 ton/ha yang sebelumnya hanya 4 ton/ha, dengan harga gabah kering panen yang lumayan tinggi mencapai Rp. 7000,- per Kg saat ini.
“Itu baru dari padi, belum dari ikan. Untuk ikan kita sebar benih ikan nila kurang lebih 12 ribu ekor dan panen yang kita dapat sekitar 2 ton, per kilonya dijuRp. 20.000,-, jadi pendapatan dari ikan kurang lebih 40 jutaan,” ujar Zumri.
“Total hasil panen padi dan ikan per hektarnya mencapai 90 jutaan. Tentu ini membuat petani lebih sejahtera karena sebelumnya tidak sebanyak itu,” imbuhnya.
Zumri menambahkan, harga gabah kering panen yang dihargai tinggi tersebut dikarenakan panen menggunakan mesin panen combine harvester, yang meminimalisir kehilangan hasil. Sehingga gabahnya bersih tidak tercampur kotoran atau jerami yang biasa ada saat dipanen manual. EWN/YNI