Program READSI (Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling-up Initiative) kembali menyelenggarakan pendampingan bagi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan korporasi petani secara serentak untuk tiga belas wilayah Kabupaten sasaran. Kegiatan yang dikemas sebagai Pelatihan Penyegaran bagi Penyuluh Pendamping dan Non Pendamping Program READSI itu dilaksanakan di lima titik lokasi, yaitu Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku, BBPP Kupang, UPT Diklat Pertanian Dinas TPH Provinsi Sulawesi Tengah, UPTD Balai Pengembangan SDM Provinsi Sulawesi Tenggara, dan UPT Diklat Dinas TPH Provinsi Gorontalo.
Program READSI bertujuan meningkatkan kesejahteraan keluarga tani miskin di Indonesia, melalui skema Pinjaman dan Hibah Luar Negeri dari IFAD (International Fund for Agricultural Development), dengan Pusat pelatihan Pertanian (Puslatan) sebagai Pelaksana, dibawah tanggungjawab Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian. Tujuan jangka pendek READSI adalah memberdayakan rumah tangga di pedesaan Sulawesi, Kalimantan Barat dan NTT, baik secara individu maupun secara kelompok, dengan keterampilan, membangun rasa percaya diri dan pemanfaatan sumberdaya untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian dan non-pertanian, serta meningkatkan taraf hidupnya secara berkelanjutan.
Sejak 2018 program READSI telah mendorong peningkatan kapasitas SDM Pertanian sasaran, beserta sarana prasarana produksi dan inovasinya, melalui sistem kerjasama dengan pengelola daerah masing-masing. Hinggat saat ini telah terbentuk petani-petani maupun poktan berdaya yang meningkat kapasitas diri dan kegiatan pertaniannya, untuk didorong menjadi lebih berdaya usahanya, baik sebagai Kelompok Usaha Bersama (KUB) atau kelembagaan usaha yang lebih professional (Korporasi). KUB atau Korporasi yang terbentuk nantinya merupakan pilot atau model bagi individu/kelompok lainnya belajar dan mendapatkan contoh nyata.
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, mengatakan, bahwa perubahan paling bermakna yang dialami oleh para penerima manfaat READSI, yakni perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, yang dilanjutkan dengan perubahan praktik melalui penerapan atau adopsi teknologi.
“Hal ini sejalan dengan konsep perubahan yang ingin diwujudkan melalui READSI, sehingga tercipta perubahan dalam kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang antara lain dicirikan dengan peningkatan produktivitas dan pendapatan petani,” kata Dedi.
Di samping itu, perubahan paling bermakna yang dirasakan oleh para petani dan penyuluh pertanian, terutama terjadi pada perbaikan layanan penyuluhan dengan sekolah lapang, forum berbagi pengalaman dan kunjungan lintas desa; akses benih bermutu dan mekanisasi; dan peningkatan produktivitas.
Pada kegiatan penumbuhan dan pengembangan itu, sejumlah Widyaiswara BBPP Ketindan dilibatkan mendampingi Penyuluh Pendamping dan Non Pendamping Program READSI untuk dapat mengidentifikasi potensi dan masalah, menentukan piroritas, serta menetapkan dan mengelola strategi yang tepat di lapangan.
“Kita ajak petugas pendamping untuk mengenali sasaran dan kebutuhannya untuk ditingkatkan ke level kelembagaan usaha yang lebih tinggi, melalui tahapan kerja yang sistematis dengan penentuan prioritas masalah untuk diselesaikan. Selain tepat tindakan, tahapan tersebut dapat menghemat waktu dan energi, karena seringkali pendampingan di lapangan dilakukan berdasarkan keluhan-keluhan petani, yang tidak fokus pada urgensi dan solusi yang potensial membawa pada perkembangan,” jelas Saptini Mukti Rahajeng, salah satu Widyaiswara BBPP Ketindan yang ditugaskan.
“Jika pendamping sudah menguasai metode ini, pendamping dapat mengajarkan tahapannya pada pengurus poktan, supaya dapat membantu pendamping mengelola strategi yang dijalankan untuk pengembangan poktannya” lanjut Saptini.
Tidak hanya itu, dalam pembelajaran, Pendamping diajak untuk mengeksplor strategi nilai tambah di setiap subsistem usahatani, dengan contoh-contoh konkrit yang telah dijalankan oleh poktan/gapoktan Model Korporasi, sehingga Pendamping mendapatkan gambaran strategi yang tepat untuk dijalankan di poktan/gapoktan binaannya sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki. Yang terpenting dalam strategi nilai tambah adalah partisipasi pendamping dalam mengupayakan penyediaan pasar bagi produk yang dihasilkan, sehingga petani tidak mengalami kesulitan pasar setelah mampu berproduksi dengan lebih baik.
Diterbitkan di swadayaonline.com dan lajurpertanian.com