GROBOGAN – Dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kemandirian petani, Pemerintah Desa Kalimaro, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, menggelar pertemuan bersama penyuluh pertanian dan kelompok tani, Selasa (22/4/2025) di Desa Kalimaro.
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kembali semangat kebersamaan serta meningkatkan partisipasi aktif para anggota kelompok tani dalam setiap program pertanian mendukung ketahanan pangan nasional.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa peran penyuluh merupakan ujung tombak dalam keberhasilan program ketahanan dan swasembada pangan.
“Penyuluh adalah penggerak utama di lapangan. Mereka yang mendampingi petani, memastikan tanam terjadi, dan melaporkan capaian secara real-time. Dukungan dan penguatan peran mereka adalah prioritas kami,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, turut menekankan pentingnya fungsi koordinatif dan kolaboratif yang dijalankan oleh penyuluh. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan swasembada pangan sangat bergantung pada kecepatan aksi di lapangan serta keakuratan data yang dilaporkan.
Pertemuan di Desa Kalimaro, dihadiri 34 petani yang tergabung dalam kelompok tani (Poktan) Katon Rejo IV, dihadiri juga oleh perangkat desa, serta penyuluh pertanian dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kedungjati.
Kepala Dusun Kalimaro, Ahmad Fauzi, membuka pertemuan dengan memberikan sambutan yang menekankan pentingnya sinergi antara petani, pemerintah desa, dan penyuluh pertanian.
Fauzi berharap, kegiatan ini menjadi langkah awal dalam membangkitkan semangat gotong royong di bidang pertanian terlebih menghadapi musim tanam (MT) II komoditas padi seluas 52 hektare mendukung program ketahanan pangan nasional.
“Selama ini, banyak program bagus dari pemerintah yang belum maksimal terserap karena kurangnya komunikasi dan keaktifan kelompok tani. Mari kita bangun kembali semangat kebersamaan,” harap Fauzi.
Ketua Poktan Katon Rejo IV, Asrori, menyampaikan bahwa pertemuan ini sangat dibutuhkan di tengah tantangan yang dihadapi petani, mulai dari harga pupuk yang mahal hingga sulitnya mengakses informasi pertanian terbaru.
“Kami merasa dihargai dan didengar. Semoga ini bukan yang terakhir, tapi awal dari komunikasi yang lebih intens antara kelompok tani dan pemerintah,” kata Asrori.
Sebagai koordinator penyuluh pertanian dari BPP Kedungjati, Harmoko, turut memberikan materi tentang pentingnya kelembagaan kelompok tani yang aktif dan berdaya guna.
“Kelompok tani bukan hanya untuk administrasi, tapi sebagai alat perjuangan petani. Kalau aktif, permasalahan yang dihadapi akan mudah diselesaikan,” jelas Harmoko.
Dalam sesi tersebut, Harmoko juga menjelaskan poktan yang aktif akan mendorong perencanaan kegiatan baik on farm maupun off farm sehingga manfaatnya akan dirasakan oleh semua anggota.
Ia menambahkan bahwa kelompok tani harus proaktif mendukung upaya percepatan tanam padi dengan mengoptimalkan irigasi perpompaan besar dalam menambah luas tambah tanam (LTT) untuk mendukung ketahanan pangan.
Diskusi juga menyoroti perlunya regenerasi petani muda, mengingat mayoritas petani di Kalimaro sudah berusia di atas 50 tahun. Hal ini menjadi perhatian serius yang perlu ditangani bersama.
Pertemuan ditutup dengan pembentukan tim kecil yang bertugas menyusun rencana kerja kelompok tani selama enam bulan ke depan, termasuk agenda pelatihan dan pertemuan rutin.
Harmoko memastikan pihaknya akan terus mendampingi proses penyusunan rencana kerja dan membantu mengawal agar program-program berjalan sesuai rencana.
“Langkah awal ini harus dijaga. Kita jangan semangatnya hanya sesaat, tapi terus menyala,” pungkas Harmoko kepada seluruh peserta pertemuan. Harmoko/Asep Koswara*
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com