Telp/Fax 0341-927123 / 429725

|

Dukung Pertanian Ramah Lingkungan melalui Limbah Ternak, Penyuluh Ajarkan Pembuatan Pupuk Organik

Aulia
May 07, 2025

SUMENEP – Penyuluh pertanian di Kabupaten Sumenep tepatnya di Desa Kalianget Timur, Kecamatan Kalianget, Provinsi Jawa Timur, Selasa (06/05/2025) melaksanakan kegiatan pendampingan petani dalam rangka memantau proses fermentasi pupuk kandang di Dusun Lisun, Desa Kalianget Timur, Kecamatan Kalianget. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas pupuk organik yang digunakan petani dalam budidaya tanaman pangan dan hortikultura.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendorong penggunaan pupuk organik dalam pertanian. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan ketahanan pangan dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Mentan Amran juga menegaskan pentingnya penggunaan pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan tanah yang telah menurun akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan.

Dalam kesempatan yang lain, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, juga menekankan pentingnya pupuk organik dalam pertanian untuk meningkatkan produktivitas tanaman, menjaga kesuburan tanah, dan mendukung pertanian berkelanjutan. Ia juga menggarisbawahi pentingnya peran sumber daya manusia pertanian yang kompeten dalam menerapkan teknologi tepat guna.

Pendampinganyang dilakukan penyuluh di Kalianget berfokus pada pengecekan suhu fermentasi pupuk kandang, sebagai menjadi indikator penting keberhasilan proses dekomposisi bahan organik. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa mengindikasikan ketidakseimbangan dalam proses fermentasi.

Salah satu penyuluh yang melakukan pendampingan adalah Eka Nofidayanti, menyampaikan bahwa pemantauan suhu sebaiknya dilakukan secara berkala, terutama pada minggu pertama sejak pupuk mulai difermentasi.

Eka juga menjelaskan pentingnya menjaga kelembaban selama fermentasi. Jika bahan terlalu kering, aktivitas mikroba akan menurun. Sebaliknya, jika terlalu basah, akan terjadi pembusukan yang menghasilkan bau menyengat dan menurunkan kualitas pupuk.

Ia menyarankan penggunaan bio-aktivator alami seperti EM4 atau MOL (Mikroorganisme Lokal) dari bonggol pisang atau air cucian beras.

“Kuncinya adalah lingkungan yang mendukung kerja mikroba: suhu cukup, kelembaban pas, dan udara masuk. Kalau ini terjaga, dalam 3–4 minggu pupuk kandang bisa matang,” terang Eka.

Menurut Eka Nofidayanti, pendekatan lapangan seperti ini efektif meningkatkan pemahaman petani terhadap prinsip-prinsip dasar fermentasi.

“Banyak yang awalnya hanya mengandalkan insting, sekarang mereka tahu ukuran-ukuran ilmiahnya,” tambahnya.

Eka juga berharap kegiatan ini bisa memicu kesadaran petani untuk lebih serius mengembangkan pupuk organik sendiri, sehingga bisa mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.

Kegiatan pendampingan ini diikuti oleh lima petani dari kelompok tani (poktan) “Bonsai Jaya.” Salah satu petani yang turut hadir dalam kunjungan ini, Hasim (45), menyampaikan bahwa dirinya baru memahami pentingnya pengecekan suhu dalam proses pembuatan pupuk kandang.

“Selama ini kami hanya menunggu dua bulan dan menganggap pupuk sudah matang. Ternyata harus dicek suhunya juga,” ujarnya.

Hasim menambahkan, bimbingan dari penyuluh sangat membantu para petani, terutama dalam memanfaatkan limbah ternak agar menjadi pupuk yang efektif dan ramah lingkungan.

Diterbitkan di lajurpertanian.com dan megapolitannews.com

Similar Post