Hama putih palsu merupakan hama pada tanaman padi yang ditandai dengan gejala daun terlipat akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh larva hama putih palsu. Tanda mulai akan adanya serangan hama putih palsu ini adalah ngengat yang berwarna kuning cokelat, pada sayap depan terdapat 3 pita hitam beterbangan.
Siklus hidup hama ini adalah 30-60 hari. Larva menggerek jaringan hijau daun (klorofil) dari dalam lipatan daun sehingga mengganggu proses fotosintesis, kerusakan yang terjadi adalah adanya warna putih pada daun di pertanaman.
Kamis, (7/03/2024) telah dilaksanakan gerakan pengendalian (gerdal) hama putih palsu di lokasi demplot kegiatan Genta Organik di Poktan Abadi Desa Langse Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Adapun Varietas tanaman padi yg ditanam yaitu Ciherang umur 40 hst. Gerdal menggunakan bio pestisida yaitu BT-PLUS yang diharapkan bisa membantu mengurangi tingkat serangan hama tersebut dengan cara yang lebih ramah lingkungan.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembagan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan tantangan pembangunan pertanian adalah climate change, degradasi lahan, saprodi terbatas, pupuk kimia mahal, produksi tidak efisien dan menurun.
Kelestarian sumberdaya lahan pertanian dan mutu lingkungan serta keberlanjutan sistem produksi merupakan hal yang kritikal bagi usaha pertanian di negara tropis, termasuk Indonesia.
“Pertanian ramah lingkungan merupakan sistem pertanian yang mengelola seluruh sumber daya pertanian dan input usaha tani secara bijak, berbasis inovasi teknologi untuk mencapai produktivitas berkelanjutan dan secara ekonomi menguntungkan dan berisiko rendah,” kata Dedi.
Kegiatan gerdal dihadiri oleh Koordinator BPP Karangsambung, Aji Wasis W, POPT Kecamatan Karangsambung Nur Ali Fatahillah A, serta petani pelaksana kegiatan. Aji menghimbau petani agar melakukan pengaturan air dan pemupukan dengan baik agar tanaman bisa tumbuh dengan maksimal.
“Selain pengaturan air dan pemupukan berimbang, petani harus rutin melakukan pengamatan secara mingguan di lahan sawah guna mengantisipasi adanya gejala serangan OPT dan berkoordinasi dengan PPL agar segera dilaksanakan pengendalian OPT yang lebih terarah sesuai konsep 6 T, yakni tepat jenis, dosis, waktu, sasaran, mutu/kualitas, cara,”tandas Aji. AWS/YNI