Telp/Fax 0341-927123 / 429725

|

Penyuluh Purworejo Dampingi KWT Kendalikan Tikus Sawah

Yeniartha
Mar 23, 2024

Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) menjadi momok serius bagi petani. Kerugian yang diakibatkan oleh serangan OPT bisa menyebabkan gagal panen. Tikus menjadi salah satu OPT utama dalam budidaya tanaman padi yang seringkali menyerang tanaman padi milik petani.

Di Purworejo, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Walikoro, Kecamatan Ngombol, berbagai cara telah dilakukan untuk menekan serangan tikus di lahan, diantaranya gropyokan massal, penggunaan umpan beracun, emposan, penangkaran burung hantu, tetapi belum memberikan hasil yang optimal untuk mengurangi serangan hama tikus di lahan milik petani.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menghimbau agar insan Kementerian Pertanian mengajarkan kepada petani cara mengantisipasi serangan hama dengan mengenali organisme pengganggu tanaman (OPT).

“Hama dan penyakit memicu kerusakan tanaman, akibatnya produktivitas menurun hingga gagal panen, maka hama dan penyakit perlu dikendalikan apabila populasinya melampaui ambang ekonomi”. kata Dedi.

Menanggapi arahan Kepala BPPSDMP, Bakti Woro, Koordinator PPL Kecamatan Ngombol menyampaikan bahwa setiap ada permasalahan yang dialami petani, selalu dilaksanakan pertemuan atau pendampingan kepada petani. Untuk mengatasi serangan tikus yang merajalela, penyuluh dan petugas POPT melaksanakan pertemuan di KWT Wijaya Putri pada Rabu,(20/03/2024).

“Dengan adanya pertemuan kelompok tani ini diharapkan adanya peningkatan kemampuan petani dalam mengakses informasi dan teknologi serta penguatan kelembagaaan petani yang tercapai melalui pertemuan berkala di setiap bulannya”, ungkap Woro.

Edi Prayitno selaku PPL wilayah binaan Desa Walikoro menyampaikan materi pada pertemuan di KWT Wijaya Putri, yakni pembuatan rodentisida Bioyoso. Ramuan Bioyoso merupakan pestisida berbahan alami guna mengendalikan hama tikus. Caranya adalah ramuan Bioyoso dijadikan umpan sistemik agar dimakan tikus dan kemungkinan tikus akan mengalami kemandulan dan gigi rontok, selanjutnya mati dalam kurun waktu 2 minggu.

Lebih lanjut Edi menjelaskan cara pembuatan Bioyoso yaitu rajang kasar kulit kamboja, potong kecil umbi gadung, masukkan semua bahan kedalam tumbu, tumbuk halus semua bahan dan bulat-bulat menjadi kecil ramuan Bioyoso dengan plastik, jemur sampai kering dan ramuan Bioyoso siap diaplikasikan menggunakan plastik.

Rifki selaku POPT Kecamatan Ngombol menambahkan Bioyoso merupakan inovasi yang ramah lingkungan untuk mendukung pemerintah mewujudkan program pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan. Terutama pengendalian populasi tikus secara alami dan aman tanpa merusak ekosistem alami yang ada di lahan budidaya tanaman padi. Woro/Yeni

Diterbitkan di lajurpertanian.com dan swadayaonline.com

Similar Post