Berbagai upaya dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mewujudkan ketahanan pangan, termasuk keamanan dan pemenuhan gizi serta kesehatan keluarga di Indonesia.
Saat ini, pembangunan pertanian menghadapi tantangan yang semakin kompleks akibat dampak perubahan iklim ekstrem El Nino, konflik geopolitik, dan dinamika ekonomi global. Hal ini menyebabkan restriksi ekspor dari negara-negara produsen pangan, meningkatnya biaya produksi dan harga pangan, serta potensi krisis pangan.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menuturkan tentang kekhawatirannya akan jaminan pangan.
“Kekhawatiran terhadap jaminan produksi, masalah distribusi, dan akses pangan masyarakat perlu menjadi perhatian serius dalam penyediaan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia," kata Amran.
Sementara itu, pada tahun 2025, dalam mendukung pencapaian Indonesia Emas (IE) 2045, Kementan akan fokus pada empat program utama: Ketersediaan, Akses, dan Konsumsi Pangan Berkualitas; Nilai Tambah dan Daya Saing Industri; Pendidikan dan Pelatihan Vokasi; dan Dukungan Manajemen.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Idha Widi Arsanti mengatakan, isu ketahanan pangan menjadi perhatian khusus pemerintah melalui agenda pembangunan nasional 2020-2024 dengan prioritas program peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas konsumsi pangan.
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan sebagai UPT Kementerian Pertanian turut berkontribusi dalam peningkatan kompetensi SDM pertanian, pada Kamis, (12/09/2024) menerima kunjungan dari Ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Delima Beji Depok. Rombongan diterima secara resmi oleh Kepala Bagian Umum BBPP Ketindan, Ema Ernawati, didampingi Widyaiswara BBPP Ketindan, Diana Triswaningsih.
Ketua KWT Delima, Mantrawati, menyampaikan maksud dan tujuan kunjungan sembari memperkenalkan anggotanya.
“Tujuan kami berkunjung ke BBPP Ketindan, ingin memperoleh ilmu, wawasan dan teknologi terkini tentang pertanian khususnya dalam pengolahan hasil pertanian, karena teknologi berkembang terus, tidak berhenti, jika kita sebentar saja stagnan dan lupa, maka kita akan tertinggal jauh.” ucap Mantrawati, Ketua KWT.
Mantrawati menambahkan, bahwa apa yang kita dapatkan disini bisa kita kembangkan di tempat tinggal kita, paling tidak untyuk keluarga sendiri maupun lingkungan serta bisa meluas ke usaha tani terpadu. Dan tentunta untuk ketahanan pangan di daerah kami,” imbuhnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa anggota kelompoknya mayoritas merupakan purnabhakti dari Kementerian Pertanian dan perusahaan swasta, di pekarangan rumah masing-masing tengah membudidayakan aneka tanaman dengan vertikultur, hidroponik maupun aquaponik. KWT dibentuk untuk menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu yang didapat kepada kelompok lain, silaturahmi, dan berbudidaya.
Sementara itu, Kepala Bagian Umum BBPP Ketindan dalam sambutannya mengatakan, “Kami menyambut dengan senang kedatangan dan semangat ibu-ibu KWT ke Balai kami. Luas Balai kami tidak terlalu luas, hanya 4,7 Ha dengan lahan praktek sekitar 2 Ha dan kebetulan kami mendapatkan hibah dari pemerintah korea untuk Smart Green House (SGH)”.
“Kami berharap untuk bisa sharing, karena Ibu-ibu dengan berbagai spesifikasi dan semangat yang luar biasa, sehingga kami yang lebih muda harus memiliki semangat yang lebih dari Ibu-ibu semuanya. Bahwasanya umur bukan halangan untuk membangun dan berkarya,” tambah Erna
Setelah dijelaskan beberapa materi pengolahan hasil oleh Diana Triswaningih, KWT Delima praktik pembuatan es krim buah naga.
Mengolah buah naga menjadi es krim adalah salah satu cara inovatif untuk menggabungkan manfaat gizi dengan cita rasa yang disukai banyak orang. Es krim buah naga dipilih karena selain rasanya yang unik dan menyegarkan serta warna yang menarik, buah naga juga memiliki kandungan vitamin, mineral, serat dan antioksidan. Selain itu proses pembuatannya yang relatif mudah dan memiliki potensi pasar yang besar, mengingat es krim adalah produk yang banyak diminati oleh semua kalangan.
Diterbitkan di lajurpertanian.com dan swadayaonline.com